Turki: “Tak Ada Dialog dengan Pemerintah yang Terus Membunuhi Rakyatnya”
ANKARA (SALAM-ONLINE.COM): Turki menolak dialog dengan pemerintah Suriah, kata Menteri Luar Negeri Ahmet Davutoglu, Selasa (30/10/2012), sehari setelah Moskow mengusulkan perundingan dengan Damaskus sebagai satu-satunya jalan untuk menghentikan konflik di negara itu.
“Tidak ada tempat untuk menyelenggarakan dialog dengan pemerintah yang terus melakukan pembunuhan terhadap rakyatnya, bahkan selama Idul Adha,” kata Davutoglu saat jumpa pers.
Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov menyerukan Barat dan negara-negara regional termasuk Turki untuk memulai perundingan dengan Presiden Bashar al-Assad serta oposisi untuk membuka jalan bagi satu penyelesaian politik di Suriah, yang dilanda hampir 20 bulan konflik.
“Sangat sulit untuk menyelesaikan satu masalah tanpa dialog dengan pemerintah, dan itu adalah satu-satunya masalah yang harus tetap ditempuh melalui satu proses politik,” kata Lavrov setelah berembuk dengan Lakhdar Brahimi, utusan perdamaian internasional untuk Suriah.
Davutoglu mengatakan, dialog dengan Damaskus merupakan satu langkah yang dapat “melegitimasi pemerintah untuk terus melakukan aksi kekerasan”.
Pemerintah Perdana Menteri Turki Recep Tayyip Erdogan, yang pernah menjadi sekutu Presiden Bashar al-Assad, bertikai dengan Damaskus setelah tindakan keras yang mematikan perlawanan rakyat meletus Maret tahun lalu.
Turki sejak itu menampung 108.000 pengungsi Suriah yang melarikan diri akibat konflik itu, serta para pemimpin militer dan politik oposisi di pengasingan.
Ankara mendukung imbauan Brahimi bagi gencatan senjata selama Idul Adha tetapi tak pernah ditaati. Masing-masing pihak saling menuduh melakukan pelanggaran.
Davutoglu mengatakan, gencatan senjata yang gagal itu menyebabkan Turki “sangat terganggu”.
Lebih dari 500 orang dilaporkan tewas selama Idul Adha empat hari kendatipun gencaran senjata itu ditengahi Brahimi, yang mengatakan perang di Suriah akan semakin buruk.
Brahimi, menjadi utusan perdamaian internasional untuk Suriah setelah orang yang digantikannya, Kofi Annan, mengunduran diri ketika rencana perdamaian lima pasalnya gagal dilaksanakan.
“Yang paling utama pemerintah Suriah harus menunjukkan keinginannya berdamai dengan rakyatnya sendiri,” kata Davutoglu.
Davutoglu juga menyerukan satu proses transisi d Suriah dimana “orang yang tidak terlibat dalam aksi berdarah terhadap rakyat Suriah akan memainkan satu peran”.
Turki, yang bersama dengan sejumlah negara Arab dan Barat menyerukan penggulingan Bashar baru-baru ini terlibat dalam dialog dengan Iran dan Rusia, pendukung-pendukung pemerintah Bashar.
Davutoglu mengatakan konsultasi dengan Iran dan Rusia serta Mesir dan Arab Saudi–yang menuntut Bashar mundur–akan dilanjutkan, dan menambahkan semua pihak harus secara tegas mengemukakan kepada pemerintah Suriah bahwa mereka harus menghentikan pembunuhan, demikian AFP. (antara)