Intervensi Rusia ke Suriah, MUI: “Mereka Takut Rezim Asad Jatuh ke Tangan Mujahidin”
JAKARTA (SALAM-ONLINE): Sekretaris Komisi Dakwah dan Pengembangan Masyarakat Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat Ustadz Fahmi Salim, MA mengatakan, dalam intervensi militer dan politiknya ke Suriah, Rusia bersama Basyar Asad mempunyai kepentingan tersendiri yakni agar rezim yang telah hampir 50 tahun bercokol itu tidak jatuh ke tangan Mujahidin Ahlussunnah yang mereka sebut sebagai kaum militan.
“Mereka takut kekuasaan yang selama ini diwarisi itu beralih kepada kelompok Mujahidin ahlussunnah,” kata Fahmi kepada salam-online, di Jakarta, Kamis (8/10).
“Ketakutan begitu dirasakan oleh rezim Asad. Mujahidin adalah kelompok yang jelas ahlussunnah wal jamaah, dimana mereka tidak pernah rela melepaskan kekuasaan tersebut kepada kaum kuffar,“ tegasnya.
Menurut Fahmi, agresi militer yang dilakukan Rusia kepada Suriah merupakan skenario lama yang ingin diulang seperti dahulu pernah dilakukan di Afghanistan.
“Hal yang sama pernah terjadi, dulu mereka masuk ke Afghanistan dalam rangka mempertahankan rezim pro komunis untuk menghancurkan kelompok Mujahidin. Menurut saya, ini skenario yang sama terulang,“ ujar Fahmi Salim kepada salam-online, Kamis (9/10).
Umat Islam di seluruh dunia, menurut Fahmi, harus menyikapi persoalan yang sedang terjadi di Suriah karena membahayakan umat Islam.
“Ini harus disikapi oleh umat Islam di seluruh dunia. Jika tidak, maka akan membahayakan umat Islam. Perlu adanya persatuan umat Islam,“ serunya.
Fahmi menilai tindakan yang dilakukan oleh Rusia kepada kelompok-kelompok perlawanan terhadap rezim Basyar Asad di Suriah adalah bukti nyata bahwa Rusia ingin menghancurkan umat Islam dan bertujuan hendak mengambil alih kekuasaan di Suriah.
“Rusia ikut terlibat dalam memerangi (lawan-lawan Asad) di Suriah sebenarnya mereka ini mau mencari kekuasaan dengan membantu rezim Asad yang sangat kejam kepada rakyatnya. Ini merupakan tindakan yang berbahaya bagi keamanan dan ketertiban dunia, karena ini dapat menyeret perang besar,“ tandasnya.
Ketua Majelis Intelektual dan Ulama Muda Indonesia (MIUMI) DKI Jakarta ini menuturkan bahwa PBB yang seharusnya berperan aktif dalam menangani konflik di Suriah justru tidak memiliki peran sama sekali.
“PBB tidak berperan sama sekali dalam mengenengahi konflik yang ada. PBB hanya mengurusi masalah pengungsi, tetapi justru peran yang dibutuhkan sekarang adalah memiliki kekuatan untuk menahan dan melarang negara-negara yang tidak berkepentingan ikut campur dalam menangani konflik di Suriah,“ terangnya.
Ia menilai ini merupakan sebagai bukti kelemahan dan ketidakmampuan PBB untuk mengontrol anggotanya, terutama yang memiliki hak veto.
“Melihat ketidakmampuan PBB, saya kira umat Islam harus menyatakan sikap yang kompak menolak dan mengutuk serangan Rusia di wilayah-wilayah pejuang Suriah yang memang seluruh ulama dunia Islam bersepakat menyatakan perjuangan rakyat Suriah untuk meraih kemerdekaan,“ ujarnya menegaskan. (EZ/salam-online)