Menolak Perintah Ortu yang Bertentangan dengan Tuntunan Rasulullah
DIASUH OLEH TIM KONSULTASI SYARIAH SALAM-ONLINE
Pak Ustadz, beberapa waktu lalu, ayah dan kakak laki-laki saya marah, lantaran saya menolak perintah mereka untuk membasuh muka dan mandi menggunakan air dalam botol yang mereka dapatkan dari “orang alim”. Katanya, supaya cepat dapat jodoh.
Saking kecewanya, ayah sampai berucap, bahwa beliau tidak mau lagi mengusahakan supaya saya mendapat pasangan. Orangtua saya telah mengeluarkan biaya banyak untuk keperluan tersebut.
Saya beralasan, cara seperti ini menurut pengetahuan saya, tidak pernah dicontohkan oleh Rasulullah saw. Tapi kakak saya tidak percaya. Katanya, Rasulullah saw pun pernah menggunakan cara ini dalam mengatasi masalah. Katanya lagi, kalau cara seperti ini salah mana mungkin ada ulama yang mau melakukannya. Dia juga bilang, airnya cuma dibacakan ayat-ayat suci al-Qur’an dan kita tidak menuhankan air itu, hanya sebagai wasilah (perantara) saja. Pertanyaan saya:
Pertama, benarkah ada riwayat yang menunjukkan Rasulullah pernah menggunakan cara tersebut di atas?
Kedua, kita diperintahkan untuk tidak menyakiti perasaan orang tua. Sementara, saya tidak mau menuruti permintaan mereka sehingga membuat perasaan mereka terluka. Padahal saya sudah menyampaikan alasan saya secara baik-baik. Di sisi yang lain, kita juga diperintahkan untuk berpegang erat pada tali (ajaran) Allah. Apa yang sebaiknya saya lakukan? Jazaakumullah khairan.
Akhwat di kota B
Ukhti yang dirahmati Allah,
Mewujudkan takwa, memang tidak semudah diucapkan. Terkadang penuh perjuangan dan rintangan. Begitulah yang terjadi sejak ajaran Islam dibawa oleh Rasulullah saw, bahkan juga Nabi-nabi sebelumnya. Mulai dari fitnah, siksaan hingga ancaman. Semua satu padu demi menghalangi tersemainya ajaran Islam di muka bumi. Karena itu, Allah berfirman:
“Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: ‘Kami telah beriman’, sedang mereka tidak diuji lagi. Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta,” (QS al-Ankabut: 2-3).
Dalam Islam, untuk memutuskan boleh tidaknya suatu perbuatan, tak hanya ditinjau dari tujuannya saja, tapi juga caranya. Sebagai contoh, menolong orang lewat jalan mencuri, tentu tidak dibenarkan. Dalam masalah Anda, mencari jodoh dengan jalan meminum air putih, selain tidak ada contohnya dari Rasulullah saw dan para sahabat, juga tidak masuk akal. Benar, dalam sebuah riwayat yang shahih, seorang sahabat meminumkan air putih yang telah dibacakan padanya surah Al-Fatihah untuk mengobati penyakit. Tapi, ini tidak bisa dianalogikan dengan mencari jodoh, yang merupakan bagian dari takdir Allah, yang cara memperolehnya bisa dipahami dengan baik oleh akal.
Wasilah atau perantara dalam Islam, dalam masalah-masalah yang bisa dipahami akal, hendaknya juga dilakukan dengan cara-cara yang masuk akal. Sebagai contoh, jika seseorang ingin kaya, maka dia hendaknya bekerja keras, berdoa dan bertawakkal. Demikian pula, orang yang ingin mendapat jodoh, berusaha, baik lewat kawan-kawan, kerabat maupun keluarga, dengan cara-cara yang dibenarkan dalam Islam, selain berdoa dan bertawakkal.
Selain itu, jika benar air putih itu cuma dibacakan ayat-ayat suci al-Qur’an, mengapa perlu mengeluarkan biaya besar, seperti yang dinyatakan oleh orang tua Anda. Tidak cukupkah dengan berdoa dan bertawakkal. Padahal, Allah berfirman:
“Berdoalah kalian kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu,” (Al-Mukmin: 60). Firman-Nya lagi:
“Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya…,” (At-Thalaq: 3).
Dalam hal ini, sikap Anda sudah benar. Anda sudah menyampaikannya dengan cara yang baik. Selain itu, sikap ini hendaknya terus dipertahankan secara konsisten. Rasul saw bersabda,
“Tak ada ketaatan pada makhluk dalam hal bermaksiat pada Khaliq,” (HR Bukhari). Jangan sampai demi cinta dan kasih sayang kita pada orang tua di dunia, mengalahkan cinta dan kasih sayang kita kepada beliau di akhirat.
Konsistensi Anda menjelaskan hal ini dengan baik, secara perlahan-lahan, insya Allah akan menyadarkan orangtua dan kakak Anda, bahwa apa yang mereka tempuh adalah keliru. Allah SWT Maha Mengetahui, bahwa tak sedikit pun Anda berniat untuk menyakiti hati orang tua Anda. Wallahu a’lam.