KAIRO (salam-online.com): Mantan Mursyid Aam Gerakan Ikhwanul Muslimin (IM), Muhammad Mahdi Akif, menegaskan bahwa isu tawanan Palestina adalah isu yang adil yang pada akhirnya Allah menuliskan kemenangan bagi mereka. Dia menegaskan, ketakutan Israel terhadap perlawanan tawanan-lah yang menjadi sebab sesungguhnya intimidasi dan penangkapan mereka oleh Zionis Israel.
Dalam wawancara khususnya dengan Pusat Informasi Palestina, Akif menegaskan, kemenangan akan berpihak kepada para tawanan di jalan mana pun mereka melawan penjajah Zionis, baik melalui aksi mogok makan atau melalui perlawanan bersenjata.
Akif meminta dunia Arab dan Islam untuk membela isu tawanan. Dia menegaskan pentingnya peran Mesir melakukan campur tangan segera untuk mengakhiri krisis tawanan. Demikian juga Mesir perlu menyempurnakan kesepakatan terakhir yang dilaksanakan melalui pertukaran tawanan dengan serdadu Israel Gilad Shalit.
Akif juga meminta gerakan Hamas dan Fatah untuk membuang perpecahan dan bersatu untuk merealisasikan rekonsiliasi serta berhimpun untuk melayani rakyatnya.
Dia menegaskan penolakannya terhadap apa yang disebutnya perjanjian Camp David. Dia menyatakan bahwa Jamaah Ikhwan menolak mengakui perjanjian tersebut sejak dulu. Dia meminta bangsa Arab agar terbebas dari campur tangah asing dan melawan rezim zalim untuk sampai pada tujuan yang diinginkan, yaitu pembebasan al-Quds. Dia menegaskan bahwa al-Quds tidak akan terbebaskan kecuali melalui perlawanan bersenjata.
Berikut petikan wawancaranya lengkapnya:
PIP: Bagaimana Anda menilai mogok makan tawanan Palestina melawan Israel?
MA: Para tawanan itu sesungguhnya adalah pemimpin hakiki yang menghadapi tindakan represif Israel sebab negara penjajah ketakutan jika mereka berada di luar penjara karena terus melakukan perlawanan. Kita kuatkan tangan kita dengan mereka dan kita tegaskan bahwa kemenangan akan berpihak kepada mereka. Mereka pasti menang di jalan manapun mereka melawan penjajah Zionis, baik melalui aksi mogok makan atau melalui perlawanan bersenjata. Kita meminta kepada Allah ketegaran dan kekuatan hingga mereka dibebaskan.
PIP: Apa peran Mesir seharusnya untuk membela para tawanan itu?
MA: Peran ini bukan hanya miliki Mesir semata namun dunia Arab dan Islam juga memiliki tanggungjawab. Sebab pembebasan tawanan tidak lebih ringan dari pembebasan al-Quds karena pembebasan mereka adalah jalan satu-satunya untuk membebaskan seluruh tempat suci dan tanah Palestina. namun Mesir memiliki peran besar dalam campur tangan segera untuk mengakhiri krisis tawanan. Demikian juga Mesir perlu menyempurnakan kesepakatan terakhir yang dilaksanakan melalui pertukaran tawanan dengan serdadu Israel Gilad Shalit. Karena itu mereka harus campur tangan langsung untuk membebaskan tawanan tersisa di penjara Israel.
PIP: Bagaimana Anda melihat proses rekonsiliasi Fatah dan Hamas hingga sekarang?
MA: Kami melihat proses rekonsiliasi masih tertatih-tatih. Namun dua pihak tersebut lebih mengerti dengan sebab-sebab kesulitan yang ada. Saya hanya menasihati Hamas dan Fatah untuk membuang jauh-jauh perpecahan, bersatu dan mewujudkan rekonsiliasi.
PIP: Bagaimana Anda melihat naiknya kelompok Islam di sejumlah negara arab dan pengaruhnya terhadap isu Palestina?
MA: Naiknya kelompok Islam adalah hal wajar. Bangsa-bangsa itu melakukan perlawanan terhadap para rezim otoriter sementara kelompok Islam itu beragama, cinta kepada Islam dan berusaha meninggikan kalimat Allah. Jangan lupa bahwa awal kemenangan kelompok Islam adalah kemenangan Hamas dalam pemilu legislatif beberapa tahun lalu. Itu adalah indikator bahwa bangsa-bangsa Arab mengarah kepada pembebasan dari pemimpin otoriter, kezaliman.
PIP: Bagaimana Anda melihat kesemapatan-kesepakatan internasional yang diteken Mesir dengan Israel, terutama Cam David?
MA: Saya sudah pernah sampaikan dan saya sampaikan juga kepada penasihat Gedung Putih bahwa tidak ada yang namanya Cam David jika tetap ada mafia-mafia Israel yang membunuhi wanita, kakek-kakek, dan anak-anak di Palestina setiap saat. Mafia ini tidak mungkin diperlakukan kecuali dengan perlawanan.
Kedua, Jamaah Ikhwanul Musmilin sejak lama tidak mengakui Cam David. Mesir, dengan kapasistas dan perannya sekarang ini, menghormati semua perjanjian dan kesepakatan internasional yang sebelumnya dan yang ditandatangani di masa lalu. Adapun pembicaraan soal anulirnya dan revisi undang-undangnya harus dilakukan melalui parlemen.
PIP: Pendapat Anda tentang kunjungan Mufti Mesir ke al-Quds?
MA: Mufti ditanya tentang penyebab hakiki yang mendorongnya melakukan kunjungan seperti ini.namun alasannya tidak bisa diterima.
PIP: Apakah Anda menilai bahwa perlawanan damai bangsa-bangsa Arab akan sampai kepada pembebasan al-Quds?
MA: Bangsa Arab harus membebaskan dirinya dari rezim-rezim otoriter dan intervensi asing agar bisa mencapai tujuannya dalam membebaskan al-Quds. Adapun pendapat saya pribadi, al-Quds tidak akan terbebas kecuali dengan perlawanan bersenjata.(bsyr/pip/salam-online.com)