JAKARTA (SALAM-ONLINE.COM): Di saat Israel tengah gencar memborbardir Gaza, Palestina, dimana Presiden SBY tak ada suara mengecam, eh, tersiar kabar Indonesia menjalin kerjasama dengan jahanam zionis itu.
Indonesia dan Israel, memang tak memiliki hubungan diplomatik secara resmi, tetapi itu tidak menghalangi kedua negara untuk melakukan kerjasama, khususnya kerjasama di bidang keamanan dunia maya.
Tersiar kabar, Indonesia mengirimkan delegasi resmi di bidang pertahanan dan keamanan, ke sebuah konferensi internasional di Tel Aviv, Israel yang diadakan minggu ini.
Dikutip dari Haaretz, Indonesia dan Israel berencana melakukan kerjasama dibidang cyber. Untuk itu, pihak Indonesia telah mengirimkan pejabat pertahanan yang bertanggungjawab atas pembangunan infrastruktur pertahanan dan keamanan cyber.
Direktur Israeli Export Institute (bagian dari Kementerian Industri dan Perdagangan Israel), Ramzy Gabbay mengatakan konferensi internasional yang diadakan di Tel Aviv terbuka untuk siapa saja. Dan mengharapkan kedatangan delegasi Indonesia.
Walau Kementerian Luar Negeri Indonesia bersikap tegas mengenai masalah Israel. Namun pada kenyataannya, Kemlu tidak pernah bisa mencampuri urusan kerjasama Indonesia-Israel, jika berkaitan dengan pertahanan dan keamanan.
Sebab, menurut pengamat hubungan internasional, Hariyadi Wirawan, ada ‘orang ‘ yang lebih tinggi kedudukannya yang berkepentingan.
“Kemlu tahu, tetapi untuk menabrak urusan itu belum ada keberanian. Tidak pernah ada sekalipun Kemlu mempertanyakan kebijakan tersebut, “ ungkap Hariyadi kepada itoday, Jum’at (16/11/2012).
Hariyadi pun mengungkapkan adanya peranan Amerika Serikat (AS) dalam hubungan Indonesia-Israel.
Jika melihat delegasi Indonesia yang dikirimkan ke Tel Aviv, Hariyadi yakin, bahwa yang mengirimkan adalah pihak Kemhan.
Uniknya, perihal kerjasama ini diumumkan oleh Israel di media mereka, bukan oleh Pemerintah Indonesia. Sebab menurut Hariyadi, Indonesia tidak akan pernah mengumumkan hal tersebut. Karena akan menuai tekanan dari dalam.
Namun bagi Israel, hal ini menguntungkan dirinya. Sebab, ini memperlihatkan bahwa negara seperti Indonesia yang menentang keberadaan Israel saja mau bekerjasama dengan mereka.
Walau yang mengumumkan adalah pihak Israel, bukan berarti tidak ada risiko yang dihadapi Pemerintah Indonesia. Hariyadi memperkirakan pemerintah tidak akan mengakui adanya kerjasama tersebut.
“Pemerintah tidak akan mengakui adanya kerjasama tersebut, dan akan berusaha menutup rapat fakta yang ada dengan terus menghindar, “ ujarnya. Kerjasama itu sendiri, menurutnya, sudah terjadi sejak dulu.
Ya, ibaratnya, lantaran takut mendapat tekanan dan protes dari dalam, seperti dikatakan Hariyadi, maka terjadilah “hubungan gelap”, tidak berani terang-terangan.
Indonesia sendiri, menurut Hariyadi adalah sedikit negara yang bermain di dua kaki, dimana Indonesia menolak Israel, namun di sisi lain bekerjasama dengan negara tersebut sejak lama.
“Yang saya tahu, pihak keamanan selalu meminta bantuan nasihat para ahli dari Israel di bidang terorisme, teknik-teknik tertentu bahkan beberapa peralatan dari Israel,“ ungkapnya.
Apa yang dikatakan Hariyadi memang ada benarnya, kerjasama ini bukanlah yang pertama kalinya dilakukan Indonesia. Sebelumnya, Indonesia sudah melakukan kerjasama pengadaan pesawat tempur A-4 Skyhawk dari Israel dengan menggelar operasi intelijen, Operasi Alpha di dekade 1980-an. Jenderal Benny Moerdani berperan aktif dalam hubungan kerja sama ini.
Jadi, “hubungan gelap” Indonesia-Israel ini sudah sejak lama berlangsung. Meski di atas permukaan seakan mendukung Palestina, tapi di belakang itu terjadi “perselingkuhan” dengan Israel sekaligus pengkhianatan terhadap Palestina, rakyat Indonesia, konstitusi negara RI dan Dunia Islam.
Tidak hanya di bidang keamanan, bahkan disinyalir kerjasama di bidang lainnya seperti budaya.
Di bidang perdagangan, pada 2008, nilai perdagangan kedua negara mencapai US$ 750 juta, dan US$ 450 juta di 2009. Bahkan di 2009, Indonesia dan Israel sepakat untuk membuat kamar dagang yang diketuai Emanuek Shahaf, seorang diplomat Israel dan CEO dari Technology Asia Consulting.
Sekadar informasi, di era Presiden Abdurrahman Wahid, Indonesia-Israel mulai nekat sedikit mengungkap “hubungan gelap”nya itu, meski mendapat protes dari kalangan Islam.
Lantas, bagaimana kelanjutan “hubungan gelap” yang terlanjur mengandung benih kerjasama–meski bertentangan dengan UUD 45 yang menentang penjajahan di atas dunia ini? (isa)-sumber: itoday