SALAM-ONLINE: Di Yunani, negara asal demokrasi, hingga saat ini pembangunan masjid hanya tinggal janji.
Sulitnya mendirikan masjid di negeri ini tak terlepas dari penolakan gereja ortodok di sana. Mereka, katanya, tidak siap melihat menara masjid menjulang di tengah kota. (salam-online/30/12/2012).
Menurut Direktur Lembaga Kajian Politik & Syariat Islam (LKPSI) Fauzan Al-Anshari, inilah kemunafikan demokrasi yang mereka pertontonkan sendiri kenaifan dan keburukannya.
“Andai di Indonesia mayoritas penduduknya kafir, niscaya juga akan melarang pembangunan masjid. Kristen HKBP di Bekasi saja sudah berani memukul Ustadz Abdul Aziz, tokoh masyarakat setempat, di tengah-tengah kerumunan umat Islam dan aparat, padahal mereka minoritas! Bagaimana jika mereka mayoritas?” kata Fauzan kepada salam-online, Senin (31/12/2012).
“Coba jika yang mukul pendeta itu Ustadz Abdul Aziz, pasti langsung diborgol dan ditangkap,” tegasnya.
Fauzan menambahkan, umat Islam yang mayoritas di republik ini sungguh seperti tak ada nyalinya. Beda dengan di negeri yang orang-orang kafirnya mayoritas, mereka benar-benar menunjukkan diri sebagai kaum mayoritas. Minoritas Muslim justru tertekan, tak sebebas kaum minoritas di Indonesia.
Di Indonesia, meski minoritas, hari raya mereka sama semaraknya dengan umat yang mayoritas–bahkan seluruh stasiun televisi, pusat perbelanjaan, mall-mall, hotel, tempat-tempat hiburan, juga pemerintahan, perusahaan swasta, lembaga, ormas, parpol, dan sebagainya, turut ambil bagian, menyemarakkan perayaan hari raya kaum minoritas–sesuatu yang sulit ditemui di negeri yang minoritas Muslim saat berhari raya. Satu paket dengan perayaan tahun baru masehi yang juga bersumber dari kepercayaan mitos Romawi terhadap sang “Dewa Janus” (Januari) yang kemudian diadopsi gereja.
Fauzan mengambil contoh lain, bagaimana, ujarnya, umat Islam diperlakukan semena-mena oleh aparat. Densus 88, bebernya, dengan entengnya berbuat anarkis dan kekerasan. Contohnya di Poso baru-baru ini. Meski telah melakukan penyiksaan terhadap 14 warga yang salah tangkap dan tak terbukti “teroris”, aparat cuma minta maaf–tanpa proses hukum. Ini hanya satu contoh perlakuan aparat yang sangat tidak manusiawi terhadap umat Islam.
Menurut Fauzan, kondisi umat Islam Indonesia, tanpa daya–meski mayoritas. Parahnya lagi, di tengah adanya kasus pembangunan gereja yang tidak memenuhi persyaratan, sehingga tak mendapatkan izin pembangunan, ternyata data Kementerian Agama menyebut hingga 2007 tingkat pertumbuhan gereja adalah 165%, sementara pertumbuhan masjid cuma 64%.
Beberapa hal di atas hanya sedikit contoh dari deretan kasus yang melumat umat yang, padahal, dalam sejarahnya berada di front terdepan dalam membebaskan republik ini dari penjajahan.
Lalu, “Sampai kapan umat mayoritas negeri ini memble?” gugat Fauzan. Inilah ironi sebuah negeri mayoritas Muslim. (salam-online)