JAKARTA (SALAM-ONLINE: Riuh dan maraknya tuntutan pembubaran Densus 88, di antaranya terkait dengan masalah ketidak-adilan penyelenggara negara dalam menyikapi dua kelompok: “kanan” dan “kiri”.
Demikian dikatakan mantan Ketua Tanfidziyah PBNU KH Hasyim Muzadi lewat pesan singkatnya kepada salam-online, Kamis (7/3/2013).
Menurut Sekjen International Conference for Islamic Scholars (ICIS) ini, sekarang boleh dibilang tidak seimbang. Kelompok kanan (yang kerap dicap sebagai Islam “ekstrem” dan “fundamentalis”) dihadapi dengan senjata, sementara kelompok kiri (sisa-sisa komunis dan Islamophobia) diperlakukan dengan sangat lunak.
“Pada saat yang sama kelompok kiri, yaitu sisa-sisa komunis dan Islamophobia (kelompok anti Islam) dihadapi dengan sangat lunak karena berhasil berlindung di balik HAM,” sesalnya.
“Misalnya tuntutan kelompok kiri tentang korban G30S PKI yang bertentangan dengan fakta sejarah,” imbuh Pengasuh Ponpes Al Hikam Malang dan Depok ini.
Fenomena ini, kata Kiai Hasyim, terkait dengan demokrasi Indonesia pasca perang dingin yang sangat dipengaruhi Barat yang memberikan toleransinya kepada kelompok kiri.
“UUD 1945 pasca 4 kali amandemen tidak sepenuhnya menganut nilai Pancasila dalam hal ini sila ke-4, mengakibatkan demokrasi Indonesia pasca perang dingin sangat dipengaruhi Barat yang bertoleransi dengan kelompok kiri,” tandasnya. (isa)