JAKARTA (SALAM-ONLINE): Polisi ingin menakut-nakuti umat Islam Indonesia dengan mengait-kaitkan aksi solidaritas Muslim Indonesia untuk Muslim Rohingya, Myanmar dengan isu “terorisme”.
Padahal isu Myanmar sudah sejak lama dibahas FUI dan FPI serta MMI, begitu pesan singkat Habib Rizieq Syihab, Ketua Umum Front Pembela Islam, kepada arrahmah.com, Jumat (10/5/2013).
Membenarkan pernyataannya, Habib Rizieq mengatakan bahwa keprihatinan terhadap Muslim Rohingya telah diperlihatkan oleh seorang Ustadz yang ditahan dalam penjara thaghut di Nusa Kambangan.
“Sejak setahun lalu pun Ustadz Abu Bakar Ba’asyir sudah menyorotinya dengan sangat serius hingga menyurati Dubes Myanmar . Jadi isu Myanmar merupakan murni perhatian serius gerakan Islam,” ungkap Habib Rizieq.
Surat yang dikirimkan ke Kedutaan Besar Myanmar itu memuat tiga tuntutan umat Islam yang disuarakan Ustadz Abu Bakar Ba’asyir untuk membela Muslim Rohingya.
Pertama, hentikan kezaliman berupa pengusiran, pembantaian terhadap umat Islam di Myanmar. Kedua, berikan mereka kebebasan untuk memeluk Islam dan menjalankan ibadahnya. Ketiga, jangan ada lagi diskriminasi terhadap umat Islam.
Bila tuntutan tersebut tak juga dilaksanakan, Ustadz Abu Bakar Ba’asyir menegaskan, Mujahidin akan segera menghancurkan Myanmar sebagaimana hancurnya Rusia.
“Dengan izin Allah pula kami bisa memperlakukan Anda dan rakyat Anda seperti negara sosialis komunis Rusia yang hancur berkeping-keping atau Amerika yang sebentar lagi akan binasa (Insya AllAh).”
“Kami tak ingin mendengar tangisan saudara-saudara Muslim kami di buminya Allah, negeri kalian dan negerinya umat Islam yang tinggal di sini, kami tidak ridho setetes darah pun tertumpah dari kaum Muslimin,” lanjut Ustadz Abu dalam suratnya.
Lebih jauh Habib Rizieq menegaskan, “FUI dan FPI serta MMI sepakat, karena PBB dan ASEAN serta OKI sudah tidak mampu menekan Myanmar, maka jihad adalah jawabannya. Tidak ada hubungannya dengan ‘terorisme’. Soal penangkapan terduga ‘teroris’ yang dihubung-hubungkan dengan rencana pengeboman Kedubes Myanmar, itu kan versi Densus 88.” (arrahmah.com), salam-online