SOLO (SALAM-ONLINE): Tim advokasi Laskar Umat Islam Surakarta (LUIS), Endro Sudarsono, menyesalkan cara Detasemen Khusus 88 Antiteror saat melakukan penangkapan Nuaim di rumahnya.
Pasalnya dalam penangkapan tersebut, Tim Densus sempat menodongkan pistol ke arah dua bocah di bawah umur yang berada di sekitar Nuaim.
“Pada saat penangkapan di rumah Nuaim, ada dua anak yang masih di bawah umur. Satu anak Nuaim, Ukasyah, dan satunya lagi anak dari Slamet Pilih Utomo yang masih duduk di bangku kelas 2 Sekolah Dasar. Meski ada dua anak yang masih di bawah umur, Densus tetap saja menodongkan pistol,” kata Endro kepada Okezone di Solo, Jawa Tengah, Rabu (15/5/2013).
Menurut Endro, tanpa ditodongkan pistol Nuaim tidak mungkin bersembunyi. Pasalnya, Nuaim tidak mengetahui jika dirinya termasuk yang diincar Densus 88.
Kondisinya berbeda apabila Nuaim mengetahui jika dirinya masuk dalam incaran polisi, bisa dipastikan Nuaim akan bersembunyi dan tidak berada di rumahnya sendiri.
“Kalau Densus tetap mempertahankan cara penangkapan seperti itu, tidak peduli di rumah itu ada anak di bawah umur atau tidak, saya yakin akan menimbulkan kebencian di masyarakat luas,” jelasnya.
Selain menodongkan pistol ke arah anak di bawah umur, menurut Endro, keluarga juga menyesali tidak adanya surat penangkapan yang dilakukan Densus, sehingga keluarga tidak mengetahui keberadaan Nuaim.
Surat penangkapan baru diberikan setelah Nuaim dibawa pergi oleh tim Densus, sehingga sempat menimbulkan pertanyaan besar bila yang melakukan penyergapan tersebut bukan dilakukan polisi, melainkan oleh gerombolan bersenjata. (okezone), salam-online