CATATAN AGUNG PRIBADI (Historivator)
SALAM-ONLINE: Di Indonesia, Bulan Ramadhan seringkali diidentikkan dengan bulan tidak produktif. Ramadhan identik dengan bulan liburan panjang dan tidur sepanjang hari.
Di Indonesia, penyikapan terhadap Ramadhan, memang, masih terjadi salah kaprah.
Kalau tidak percaya datang saja, misalnya, ke Masjid Istiqlal ketika bulan puasa,ramai sekali orang yang tidur.
Ramai di sini bukan berarti berisik melainkan banyak. Padahal Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam tidak memberi contoh seperti itu.
Agaknya tidur di siang hari pada bulan Ramadhan itu ditambah lagi dengan keyakinan adanya “hadits”: “Tidurnya orang yang berpuasa itu ibadah, diamnya adalah tasbih, amalnya dilipatgandakan, doanya dikabulkan dan diampuni”, yang padahal status “hadits popular” ini oleh para ulama dan pakar hadits tergolong hadits palsu karena para perawi dalam “hadits” ini berisi nama-nama yang diragukan dan dikenal sebagai pendusta.
Secara matan (redaksi)nya pun sangat bertentangan dengan ajakan meningkatkan ibadah dan semangat kerja, sebagaimana dicontohkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Bagaimana mungkin beliau yang lebih meningkatkan kualitas amaliah di bulan Ramadhan, lalu menyatakan hal sebaliknya untuk umatnya?
Dalam hal ini, untuk lebih jelasnya, bisa dilihat kitab-kitab yang membahas hadits-hadits palsu, mungkar dan dhaif, di antaranya “Kumpulan Hadits-hadits Bermasalah” dan “Hadits-hadits Palsu Seputar Ramadhan” yang ditulis oleh Prof KH Musthafa Ali Yakub, serta kumpulan “Hadits Palsu” lainnya. Khusus “hadits palsu” tidur “ibadah” di bulan Ramadhan, rupanya mampu membuat umat Islam punya alasan untuk bermalas-malas dan banyak tidur.
Padahal sejarah Islam dan sejarah Indonesia justru menunjukkan Ramadhan adalah bulan produktif, bulan meraih prestasi.
Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam pada bulan Ramadhan justru mengobarkan dan memimpin perang Badar.
Perang itu menunjukkan kerja yang sangat keras dan berat. Apalagi ketika itu jumlah pejuang Muslim sepertiga dari tentara kafir.
Belum lagi pejuang Muslim sebagian besar hanya penduduk biasa, berlatar pedagang, budak, dan lainnya.
sedangkan kelompok kafir sebagian besar memang petempur dan dipersenjatai lengkap.
Dalam keadaan berpuasa, kaum Muslimin justru memenangkan pertempuran Badar.
Pada bulan Ramadhan (hari terakhir) justru terjadi pembebasan kota Makkah yang dipimpin oleh Rasulullah Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.Pada bulan Ramadhan ini pula terjadi Perjanjian Hudaibiyah.
Itulah produktivitas Ramadhan yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.
Banyak juga contoh yang diberikan oleh para ulama pada masa yang lebih belakangan. Sebut misalnya, di Mesir. Sukarelawan Ikhwanul Muslimin dan tentara reguler Mesir merebut Jazirah Sinai justru pada bulan Ramadhan 1973.
Karena itu, operasi ini disebut sebagai Operasi Perang Badar Baru. Orang “Israel” dan Barat menyebutnya Perang Yom Kippur, karena terjadinya pada saat hari besar Yahudi, yaitu Yom Kippur.
Fatahillah merebut Sunda Kelapa pada 22 Juni 1527 M atau bertepatan dengan tanggal 22 Ramadhan 933 H. Kemenangan ini dianggap mirip dengan Pembebasan Kota Makkah (Fathul Makkah) yang diabadikan dalam Al Qur-an Surat Fath (48) ayat 1 dengan sebutan Fathan Mubiina (kemenangan yang gilang gemilang).
Kata-kata ini dalam bahasa Sansekerta disebut Jayakarta. Karenanya, sejak itu Sunda Kelapa diganti namanya oleh Fatahillah menjadi Jayakarta atau Jakarta.
Proklamasi kemerdekaan Indonesia juga terjadi pada bulan Ramadhan. Pada 17 Agustus 1945 itu bertepatan dengan 9 Ramadhan.
Pada 1945 (tahun proklamasi Kemerdekaan RI) bertepatan bulan Ramadhan, terjadi pada Agustus. Sejak 2011 lalu, Ramadhan juga terjadi pada Agustus. Jadi tidak ada salahnya Ramadhan tahun ini juga kita rayakan hari kemerdekaan Indonesia dan membangkitkan bangsa ini untuk merdeka dari kemiskinan, korupsi dan keterbelakangan.
Jadi pelurusan sejarah kali ini menunjukkan, justru para pendahulu kita memberi contoh bahwa Ramadhan adalah bulannya kerja keras, kerja cerdas. Bukannya malah bermalas-malasan, apalagi tidur sepanjang hari.
Wallahu A’lam bish Shawab. (salam-online)
___________
Tentang Penulis
Agung Pribadi adalah Sarjana Sastra Universitas Indonesia Jurusan Sejarah.
Selama menjadi mahasiswa Agung dikenal sebagai aktivis mahasiswa dan sering menulis di media nasional maupun media mahasiswa. Saat ini Agung Pribadi dikenal sebagai Historivator, penulis dan pembicara motivasi dengan pendekatan sejarah.
Prinsipnya, menurut Agung, dari sejarah kita bisa membentuk masa depan.