KAIRO (SALAM-ONLINE): Rabu, 14 Agustus 2013, adalah hari kebiadaban pengkhianatan Militer dan Polisi Mesir. Mereka membantai demonstran Rab’ah dan Nahdhah, mengusir mereka, membakar tenda-tenda dan rumah sakit darurat, korban yang ada di dalam rumah sakit, bahkan membakar masjid Rab’ah Adawiyah. Mereka menembaki demonstran dengan senjata dan gas berbahaya dari gedung-gedung sekitar dan dari atas helikopter, lalu memfitnah demonstran memiliki senjata.
Menurut sumber Rumah Sakit Darurat “Almidani” Rab’ah el Adawiyah, korban yang syahid (semoga) mencapai 3000 lebih, tetapi jika dikalkulasikan untuk seluruh Mesir, mencapai 6.000 orang. Sementara itu yang luka-luka berkisaran 15.000 jiwa. Walaupun masih simpang siur tekait data ini karena kementerian Kesehatan menyampaikan data yang jauh lebih sedikit, hanya 327 terbunuh dan 2926 luka-luka. Tapi melihat kondisi Rab’ah dan Nahdhah, jumlah ribuan itu sulit dipungkiri.
“Operasi pembersihan Rab’ah telah sukses 100%,” demikian headline situs media-media pro rezim teroris di Mesir semalam. Mereka menyatakan demonstran yang ada di Rab’ah dan Nahdhah adalah “teroris” dan apa yang dilakukan oleh polisi dan militer adalah upaya pemberantasan “teroris”, tanpa peduli dengan ribuan demonstran yang jatuh. Teroris teriak “teroris”? Sementara kepolisian semalam mengonfirmasi tidak melakukan kekerasan membantai demonstran dan menyatakan data bohong pada publik.
Demonstran yang berhasil mengevakuasi diri kini berkumpul ke tempat-tempat baru untuk melanjutkan demonstrasi, termasuk menyelamatkan korban-korban penembakan yang masih hidup. Salah satunya adalah Masjid Al Iman, di bilangan Makram Abid yang tak terlalu jauh dari lokasi Rab’ah.
Selain itu massa juga membuat kamp di Alfu Maskan, cukup jauh dari Rab’ah. Sementara massa-massa baru berdatangan dari berbagai penjuru guna melawan kebiadaban militer, sang pimpinan teroris Mesir. Mereka tidak membawa senjata apa-apa sehingga perlawanan tidak imbang dibanding aparat yang tak banyak tapi bersenjata.
Jum’at ini mereka kembali turun melakukan “aksi kemarahan” dan menyerukan perlawanan sipil. Dilaporkan, mereka tetap menuntut dikembalikannya posisi Mursi sebagai presiden legitimate yang telah dirampok.
Perlawanan akan dilakukan. Tak hanya berunjukrasa. Babak baru krisis di Mesir boleh jadi masih berlanjut. Ribuan nyawa yang telah gugur, syahid, insya Allah, yang darahnya mengalir sebagai saksi kebiadaban rezim brutal, rupanya menjadi spirit baru untuk melanjutkan perjuangan, melawan rezim biadab yang telah merampok kekuasaan yang sah di tanah Mesir. (sinai online/salam-online)