SRAGEN (SALAM-ONLINE: Jamaah Anshorut Tauhid (JAT) Jawa Tengah bersama Elemen Muslim lainnya, Ahad (29/9) siang itu baru saja selesai melaksanakan agenda rutin mereka: longmarch 3 bulanan di sekitar terminal Pilangsari Sragen, Jawa Tengah. Tiba-tiba salah seorang warga melaporkan kepada korlap bahwa di dukuh Bedowo desa Jetak, kecamatan Sidoharjo kabupaten Sragen ada sekelompok warga yang mau menutup tempat aktivitas syirik berkedok pesantren. Korlap kemudian memerintahkan beberapa orang untuk mendatangi lokasi.
Lokasi yang dimaksud adalah Padepokan Bumi Arum. Sesampai di tempat, peserta longmarch yang berjumlah ratusan itu disambut oleh tokoh masyarakat, baik dari unsur RT, RW, Lurah, maupun tokoh masyarakat lainnya. Menurut warga, bangunan ini sering melakukan aktivitas yang disebut dengan “Pasujudan Santri Luwung Padepokan Bumi Arum”.
Akhirnya, digelarlah dialog antara laskar, masyarakat, RT, RW, Lurah dan tokoh masyarakat lainnya untuk menghentikan kegiatan syirik tersebut. Hal ini dilakukan, karena ritual tersebut sebenarnya sudah dilaporkan warga ke pihak berwajib seperti Bupati, Kapolres, MUI, Depag, Kodim dan instansi lainnya, namun belum juga ditutup.
Menurut surat yang diberikan kepada pejabat terkait disebutkan bahwa pedepokan ini digunakan untuk ritual kungkum (merendam diri). Ajaran serupa di Mojokerto sudah ditutup oleh pemkot Mojokerto sesuai dengan keputusan kejaksaan.
Padepokan ini berpedoman pada Kitab Layang Ijo. Pimpinan Padepokan menutup diri, sering menggunakan ritual dengan musik yang mengganggu lingkungan sekitar, yang tentunya membuat warga sangat keberatan. Selain itu, masih banyak lagi keberatan warga. Surat penutupan ditandatangani Ketua RT 1 – 4, dan Ketua RW 7.
Akhirnya disepakati untuk memanggil Kapolsek Sidoharjo. Setelah ditunggu beberapa waktu, akhirnya Kapolsek dan stafnya datang. Setelah diadakan dialog, akhirnya disepakati untuk menyegel tempat tersebut. Penyegelan dilakukan RT dan warga, disaksikan oleh JAT dan elemen umat Islam lainnya.
Penyegelan dan penutupan tempat berkedok pesantren yang juga disaksikan Lurah, Kapolsek dan Koramil itu berjalan lancar dan damai.
Menanggapi laporan dan tuntutan dari warga ini, pihak pemilik tanah, Harso Wiyono dan keluarga menerimanya, dan tentu saja sekaligus menghentikan segala aktivitas yang berbau syirik—meski Gus Anto selaku pengelola ritual syirik itu tak hadir.
Demikian laporan Sariyah Hisbah Divisi Amar Ma’ruf Nahi Mungkar JAT Wilayah Jawa Tengah, Senin (1/9), yang diterima redaksi salam-online, Selasa (2/9).