JAKARTA (SALAM-ONLINE): Di Sekolah Tinggi Ekonomi Islam (STEI) Hamfara Bantul, DIY, kerudung dan jilbab menjadi pakaian seragamnya. Bagi Utami Ningsih (17 tahun), mahasiswi semester satu jurusan manajemen syariah di kampus tersebut, mengenakan pakaian Muslimah sudah menjadi tabiat.
Sejak dibina oleh aktivis Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) Kendal pada kelas X SMA, gadis kelahiran Pasuruan tersebut selalu berupaya taat syariat. Salah satunya ia buktikan ketika musim kampanye pileg lalu, saat duduk di kelas XII di salah satu SMA di Sukorejo, pengurus yayasan—yang memberinya beasiswa penuh dan asrama semi pesantren—mewanti-wanti agar Ahad besok ikut kampanye caleg dari partai tertentu.
Jelas saja ia keberatan, lantaran di samping tidak mengusung syariat, dalam kampanyenya pun kerap terjadi ikhtilat (campur baur laki-laki dan perempuan). Karena tidak mau terlibat maksiat, maka, di hari H, Utami dan Yessi— temannya yang juga mengaji di Muslimah HTI Kendal—tidak berangkat.
Sontak saja, itu membuat pengurus yayasan marah dan menilai sikap keduanya dipengaruhi oleh kelompok dakwah yang rutin membina mereka sepekan sekali itu. Maka, keduanya diberi pilihan berat yakni keluar dari pembinaan kelompok tersebut atau dikeluarkan dari asrama dan beasiswa penuhnya dihentikan.
Karena tetap memilih dibina kelompok yang bercita-cita melanjutkan kembali kehidupan Islam tersebut, pihak yayasan meminta orang tua Utami dan temannya datang membawa surat pengunduran diri.
Untungnya orang tua ikhlas dan rela terhadap pilihan Utami walau sebenarnya berat dengan apa yang tejadi, mengingat ujian nasional tinggal sedikit lagi dan belum dilunasi, sementara rumahnya jauh di Ds. Blarang Nongjojajar Kec. Tutur Kab. Pasuruan. Maklumlah ayah Utami, Wari’i (49 tahun), yang bekerja sebagai buruh perkebunan apel penghasilannya tidak seberapa.
Alhamdulillah, dengan bantuan dana teman-teman Muslimah HTI Kendal dan juga kaum Muslimin lainnya melalui Badan Wakaf Al-Qur’an (BWA), biaya ujian nasional, biaya SPP beberapa bulan terakhir dan biaya kos Utami dan Yessi dibayar lunas.
Saat ini, Utami sedang bingung memikirkan bagaimana membayar biaya kuliah, mengandalkan kedua orang tuanya jelas tidak mungkin. Untuk meringankan beban Utami, melalui program Indonesia Belajar (IB), BWA mengajak kaum Muslimin mendonasikan sebagain hartanya. Semoga dengan itu, pahala dari Allah SWT tercurah kepada kita semua. Aamiin.
Semoga dengan kemudahannya menuntut ilmu dengan wasilah Donasi Anda, menjadi aliran pahala dari Allah SWT bagi kita semua.
Donasi yang diperlukan:
Rp 8.900.000 (biaya gedung Rp 3 juta; biaya pendidikan satu semester Rp 2,1 juta; asrama satu tahun Rp 1,8 juta; biaya katering satu bulan Rp 500 ribu; biaya Paket Awal—sekali selama kuliah—Rp 1,5 juta. Paket Awal termasuk seragam kerudung dan jilbab satu stel, jas almamater, infak kepesantrenan, pekan ta’aruf dan training, KTM, buku panduan dan parenting). (Syaifuddin Zuhri). Untuk informasi donasi klik disini! (http://goo.gl/j2yiKK).
salam-online