JAKARTA (SALAM-ONLINE): Saat kampanye pilpres Juni 2014 lalu, Jokowi berjanji tak akan menaikkan harga BBM. Karenanya, ia mendapatkan dukungan, di antaranya dari Ikatan Persaudaraan Ojek Indonesia. Di hadapan tukang ojek itu dia berjanji tidak akan melakukan penghapusan subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM), sebagaimana dikutip oleh sejumlah media.
“Saya ucapkan terima kasih atas dukungan ini. Kedua, keinginan (tidak menghapus) untuk subsidi BBM tidak ada masalah, karena bagi rakyat kecil adalah sebuah keharusan dan kewajiban negara,” katanya usai melakukan rapat internal di Rumah Partai Kerja Sama, Jalan Borobudur nomor 18, Menteng, Jakarta Pusat, Senin 16 Juni 2014, dikutip dari Merdeka.com (16/6/2014).
Dia menambahkan, keberadaan tukang ojek penting untuk warga Jakarta. Dengan fleksibilitasnya, ojek dapat mengantarkan ke beberapa wilayah yang sulit untuk dijangkau dengan kendaraan umum lainnya, seperti bus dan angkot.
“Warga wilayah tertentu, ojek inilah yang menjadi penolongan transportasi. Semua daerah bisa kita jalani karena fleksibilitas ojek sangat luar biasa sekali,” jelasnya.
Kini, Jokowi telah melanggar sendiri janjinya, menaikkan harga BBM. Itu bagi banyak kalangan mungkin tak aneh, karena tak hanya soal janji terkait BBM saja yang dia ingkari. Ada sejumlah janji kampanyenya yang tak dia tepati, termasuk ketika berkampanye sebagai calon gubernur DKI, dia menegaskan komitmennya untuk memimpin ibu kota selama 5 tahun, tak terpikur nyapres. Ternyata, belum dua tahun, Jokowi sudah loncat dari DKI 1 ke RI 1, meninggalkan setumpuk persoalan di ibu kota yang belum juga terurai.
Jadi, jika ada yang bilang, jangan terlalu berharap dengan Jokowi, ya wajar saja… (so)