Malaysia Desak Myanmar Selesaikan Masalah Kewarganegaraan Muslim Rohingya
KUALA LUMPUR (SALAM-ONLINE): Malaysia mendesak pemerintah Myanmar menyelesaikan masalah kewarganegaraan Muslim Rohingya. Seperti diketahui, banyak Muslim Rohingya, warga negara Myanmar itu yang kini ditampung di sejumlah negara ASEAN, termasuk Indonesia, Malaysia dan Thailand.
Demikian ditegaskan Menteri Luar Negeri Malaysia Dato’ Sri Anifah Aman dalam jumpa pers di Kuala Lumpur, Jumat (24/4), dua hari menjelang pertemuan puncak ASEAN ke-26.
“Kita meminta kepada Myanmar supaya mencari penyelesaian sebaik mungkin supaya isu ini, seperti dikatakan orang, diinternasionalisasikan. Kalau boleh kita selesaikan secara terbaik melalui ASEAN,” kata Menlu.
Dikatakan oleh Dato’ Sri Anifah Aman, masalah ini akan dibahas dalam sesi retreat KTT ASEAN di Langkawi pada Selasa (28/4).
“Kita menghormati kedaulatan setiap negara anggota ASEAN. Dan kita mengatakan masalah ini adalah perkara dalam negeri, tetapi jika (pengungsi) sudah menyebar maka ini bukan urusan Myanmar saja. Hal tersebut menjadi urusan Malaysia dan Indonesia sehingga menjadi isu nasional.”
Malaysia tercatat sebagai salah satu negara yang paling banyak menampung pengungsi dari Myanmar.
Data UNHCR menyebutkan, terdapat 139.200 pengungsi Myanmar di Malaysia, lebih dari 40.000 di antaranya adalah etnik Muslim Rohingya. Jumlah tidak resmi diperkirakan jauh lebih tinggi sebab banyak pengungsi yang tidak terdaftar.
Sementara itu, sekretaris Majelis Gerakan NGO Islam ASEAN (IKIAM), Mohammad Shamsuddin Damin, mengatakan solusi bagi pengungsi Rohingya adalah pengakuan sah bahwa mereka adalah warga negara Myanmar dan pengembalian hak-hak mereka sebagaimana rakyat lain di Myanmar.
Pemerintah Myanmar menganggap Rohingya sebagai pendatang dari negara tetangga Bangladesh, meskipun mereka telah hidup di negara bagian Rakhine atau dulu dikenal Arakan, Myanmar, secara turun-temurun.
Sejumlah ahli sejarah bahkan mengatakan Arakan sebelumnya berdiri sebagai negara terpisah sebelum digabungkan dengan Myanmar.
Sumber: BBC Indonesia
salam-online