SALAM-ONLINE: Kekerasan dan pembantaian yang terjadi di Myanmar memang terjadi nyata. Itu fakta yang diperoleh Tim Pusat Advokasi Hukum dan Hak Asasi Manusia (PAHAM) Indonesia saat melakukan assasment kepada para pengungsi Muslim Rohingya di Langsa, Lhoksomawe, Bayyin dan Aceh Utara.
Demikian disampaikan Wasekjen PAHAM Indonesia, Ali Wiji Edhi, yang memimpin tim asassment di lapangan, dalam keterangannya seperti dikutip RMOL.co, Kamis (11/6).
“Semua pengungsi menceritakan kejadian kekerasan dan pembantaian yang terjadi di Myanmar. Dari 600 orang lebih yang telah kita interview, tak ada satu pun yang membantah adanya upaya etnis cleansing. Para pengungsi dari Myanmar ini rata-rata berasal dari Sittwe dan Maungdaw, namun bukan berasal dari kota, mereka ini orang pinggiran,” terang aktivis kemanusiaan dari PAHAM Indonesia tersebut.
Secara detail para pengungsi Muslim Rohingya menceritakan bagaimana mereka bisa sampai ke Aceh. Jika mereka diperlakukan baik di kampungnya, tentu mereka tak akan mau terkatung-katung di lautan.
“Menurut cerita mereka, yang melakukan pembakaran rumah adalah kelompok 969. Setelah keluar rumah mereka diusir oleh polisi dan tentara yang ternyata ada di belakang barisan kelompok tersebut. Yang mereka bisa lakukan hanya menyelamatkan diri ke laut, bila tidak mereka bisa terbunuh. Bahkan beberapa di antaranya pura-pura mati untuk menyelamatkan diri,” ungkap Ali menguraikan data yang diperoleh dari interview para pengungsi Muslim Rohingya.
Oleh karenanya, Ali sangat menyayangkan apabila ada yang menyampaikan bahwa di Myanmar tidak ada kekerasan ataupun konflik.
“Tentunya masyarakat jangan sampai diberikan informasi yang tidak benar, yang mengakibatkan pandangan negatif pada pengungsi. Oleh karenanya, selain menyalurkan bantuan dari para donatur, kami juga melakukan asassment untuk memberikan rekomendasi pola pengelolaan terbaik untuk para pegungsi tersebut,” ujarnya.
Sebelumnya diberitakan, sebuah LSM di Indonesia menyampaikan tak ada pembantaian terhadap Muslim Rohingya di Myanmar. Hal ini mendapat bantahan dari berbagai kalangan. Dikatakan, untuk apa para pengungsi Muslim Rohingya itu bersusah payah—bahkan banyak di antara mereka yang meninggal di tengah laut—melarikan diri dari negara kampung halamannya, justru untuk menghindari aksi kekerasan yang mereka terima.
Sementara dari laporan dan fakta yang diperoleh, sulit dibantah, setelah diberitakan kelompok 969 yang dipimpin seorang biksu Budha telah melakukan gerakan pembersihan etnis Muslim Rohingya, didukung oleh rezim Myanmar. Dan, dari serangkaian wawancara yang dilakukan oleh wartawan dan relawan, tak satu pun dari para pengungsi itu yang mengatakan tidak ada pembantaian! (RMOL.CO)
salamonline