Investigasi Tragedi Tolikara, JITU Terjunkan Anggotanya ke Lapangan
WAMENA (SALAM-ONLINE): Teror yang disertai dengan aksi pelemparan batu dan pembakaran Masjid, sejumlah kios serta rumah warga di Distrik Karubaga, Kabupaten Tolikara, Papua, Jum’at (17/7) menjadi fokus perhatian berbagai pihak, termasuk Jurnalis Islam Bersatu (JITU), sebuah organisasi profesi yang menghimpun wartawan Muslim.
Pasalnya, paska tragedi di Tolikara, ada beberapa informasi yang simpang siur akibat pembelokan opini oleh pihak-pihak tertentu dan media nasional, di antaranya seputar keabsahan surat dari Gereja Injili Di Indonesia (GIDI) yang berisi larangan merayakan Idul Fitri, termasuk shalat Id dan larangan mengenakan jilbab bagi Muslimah.
Selain itu, surat resmi yang dilengkapi tanda tangan oleh Ketua GIDI Tolikara Pdt Nayus Wenda dan Sekretarus GIDI Marthen Jingga itu, mulai dikabarkan sebagai dokumen ilegal. Padahal, faktanya polisi dan bupati sudah menerima surat yang dimaksud. Kapolri Badrotin Haiti pun menyatakan Surat Edaran dari GIDI itu resmi dan asli. Akibat surat super intoleran tersebut, kuat dugaan kemudian memicu aksi serangan terhadap umat Islam yang sedang melaksanakan shalat Id yang berlanjut pada pembakaran masjid, kios dan rumah tinggal warga.
Untuk meluruskan informasi yang simpang siur itu, JITU mengirimkan anggotanya untuk melakukan investigasi langsung di tempat kejadian. Hal itu dilakukan guna mengumpulkan data dan informasi sebanyak-banyaknya yang sesuai dengan fakta di lapangan.
Saya, Achmad Fazeri, yang merupakan perwakilan JITU, berangkat dari Bandara Soekarno Hatta (Soetta), Tangerang menuju bandara Sentani, Jayapura, Papua, Selasa (21/7) malam. Sekitar pukul 22.30 WIB pesawat lepas landas dari bandara Soetta dan mendarat dengan selamat di bandara Sentani tepat pukul 06.00 WIT, Rabu (22/7) pagi.
Setiba di bandara Sentani, Jayapura, saya bertemu dengan rombongan Tim Pencari Fakta (TPF) yang dibentuk Komite Umat untuk Tolikara (Komat Tolikara). Mereka terdiri dari 7 orang, 3 orang mewakili Komat, 2 orang mewakili Baznas dan 2 lagi dari media, yaitu Republika Online (ROL). Rombongan dipimpin langsung oleh Ustadz Fadzlan Garamatan.
Selain bertemu dengan rombongan dari TPF Komat Tolikara, saya sekilas juga melihat salah satu anggota komisioner dari Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM), Maneger Nasuiton, di bandara Sentani, Jayapura.
Sekadar informasi, pemberangkatan TPF ke Papua adalah salah satu program kerja dari Komite Umat untuk Tolikara yang telah terbentuk pada 19 Juli 2015 di Jakarta. Komat ini terbentuk setelah terjadi pertemuan para tokoh nasional, di antaranya Arifin Ilham, Yusuf Mansur, Hidayat Nur Wahid, Didin Hafidhuddin, Bachtiar Nasir, Aries Mufti, Muhammad Zaitun Rasmin, dan sebagainya.
Banner Seminar Internasional GIDI
Tak lama setelah bertemu dengan rombongan TPF Komat Tolikara, saya bergabung dengan rombongan yang dikoordinir oleh Ustadz Fadzlan Garamatan, da’i pedalaman kelahiran Fakfak, Papua itu.
“Alhamdulillah, tadi pesawat kita mendarat pukul 07.00 WIT dengan selamat,” kata Fadzlan kepada saya, di bandara Sentani, Jayapura, Rabu (22/7) pagi.
Fadzlan mengajak JITU untuk bergabung dengan rombongannya. “Silakan gabung sama teman-teman. Saya mau pesan tiket untuk ke Wamena,” katanya sambil berlalu menuju loket tiket.
Sebab, perlu diketahui, dari Bandara Sentani, Jayapura, untuk bisa menuju Wamena kabupaten Jaya Wijaya, hanya ada transportasi jalur udara. “Iya, tidak ada transportasi ke Wamena kecuali naik pesawat. Kita tak tahu kapan Pak Jokowi mau membangun jalan buat warga Wamena,” kata seorang warga Wamena yang juga tengah menunggu pesawat kepada saya, di Bandara Sentani, Jayapura, Papua, Rabu (22/7).
Akhirnya tiket diperoleh dengan jadwal penerbangan pukul 12.00 WIT. Setelah itu, Fadzlan mengajak rombongan TPF Komat Tolikara untuk sarapan pagi. Setelah itu singgah di sebuah penginapan yang tak jauh dari bandara Sentani untuk membersihkan badan serta melepas penat sejenak.
Sekitar pukul 10.30 WIT, ketika hendak keluar dari penginapan untuk kembali ke bandara Sentani, di seberang jalan tampak sebuah bangunan Gereja Injili Di Indonesia (GIDI) wilayah Sentani, Jayapura.
Tepat di depan GIDI wilayah Sentani tersebut, berdiri tegak sebuah banner besar yang berisi informasi mengenai acara Seminar Injili Internasional Pemuda dan Mahasiswa yang diselenggarakan GIDI selama 5 hari (15-19 Juli 2015), dihadiri oleh Peserta 8 Wilayah Seluruh Indonesia serta Delegasi Pemuda Gereja-gereja Denominasi dari dalam dan luar negeri.
“Iya, itulah salah satu bukti bahwa adanya seminar Internasional yang digelar GIDI itu, benar,” kata Fadzlan kepada rombongan dalam satu mobil yang melaju perlahan menuju bandara Sentani.
Pesawat Delay
Setiba di bandara Sentani, usai chek in dan beberapa menit menunggu, ternyata pesawat yang akan membawa rombongan mengalami gangguan teknis. Dan menyebabkan pemberangkatan mengalami delay untuk selama tiga jam. Bahkan, terjadi kerusakan pada pesawat yang terjadwal akan memberangkatkan rombongan ke Wamena hingga menyebabkan pada pembatalan penerbangan.
Kendati demikian, alhamdulillah pihak perusahaan penerbangan mau mengalihkan penerbangan dengan menggunakan pesawat lainnya. Sekitar pukul 15.00 WIT, pesawat pun lepas landas meninggalkan bandara Sentani, Jayapura menuju bandara di kabupaten Jaya Wijaya. Dan tepat pukul 15.45 WIT, rombongan TPF Komat Tolikara beserta JITU tiba di bandara kabupaten Jaya Wijaya dengan selamat.
Gayung pun bersambut, ternyata rombongan sudah ditunggu kepala suku Dani beserta beberapa warganya.
“Sepertinya, kita akan bermalam di Wamena. Besok baru berangkat ke Tolikara. Nanti malam kita akan berkoordinasi dengan Kepala Suku Dani Wilayah Papua Tengah,” kata Fadzlan kepada rombongan.
Saat berita ini diturunkan, JITU beserta TPF Komat Tolikara, Rabu (22/7) malam, untuk sementara waktu menginap di sebuah penginapan yang berjarak sekitar 1 km dari bandara di Wamena kabupaten Jaya Wijaya.
Achmad Fazeri, anggota JITU