JAKARTA (SALAM-ONLINE): Ketika ribuan massa mahasiswa, pemuda, pedagang kaki lima dan buruh yang tergabung dalam gerakan Solidaritas Nasional Pembebasan Indonesia mengepung istana untuk mendesak Jokowi-JK mundur, Jumat (11/9) lalu, Ketua Umum DPP Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah kena bogem polisi.
Seruan aksi damai tersebut digelar untuk mendesak Jokowi-jk mundur karena dinilai tidak mampu mengentaskan probelamatika kebangsaan.
“Kita melakukan aksi secara damai mendesak Jokowi-Jk mundur, namun bentrokan terjadi antara massa dan aparat. Saya mencoba untuk melerai teman-teman, akan tetapi saya terkena pukulan aparat, lebih dari 15 orang yang memukuli,“ kata Ketua DPP IMM Beni Pramula kepada salam-online melalui telepon, Ahad (13/9) malam.
Sejauh ini, menurut Beni, polisi sudah meminta maaf melalui Kapolri. Ia berharap agar polisi lebih teliti dalam menangani aksi demo yang dilakukan elemen masyarakat tersebut.
“Kapolri sudah meminta maaf kepada saya, dan saya memaafkan kejadian itu. Kami tidak ingin ada keributan dengan polisi, tujuan kami datang untuk menurunkan Jokowi-JK, bukan untuk melawan polisi. Kami berharap kelakuan polisi yang seperti ini tidak terjadi lagi,“ tegas Beni.
Ia mengatakan, problem mendasar bangsa Indonesia adalah kepemimpinan nasional yang lemah. Pemimpin telah kehilangan orientasi bernegara, setiap kebijakan hanya sarat dengan pencitraan semata.
“Presiden dan wakil presiden beserta pembantunya di kabinet hendaknya mempunyai pemahaman yang substantif mengenai apa yang dirasakan rakyat,” tandasnya.
“Seharusnya presiden beserta kabinetnya mampu mengarahkan agar setiap kebijakan diimplementasikan secara arif, adil dan bijaksana semata demi kepentingan masyarakat, bukan kebijakan yang lebih menguntungkan suatu golongan masyarakat atau kelompok atau elit-elit politik saja,“ ujar Presiden Organisasi Pemuda Asia Afrika (Asian African Youth Government) periode 2015-2020 ini.
Menurutnya, realita yang nampak sekarang, rezim Jokowi membuat bangsa ini semakin jauh dari kedaulatannya. Sentimen pemerintahan baru dan segala program kerja yang dibuat dinilai tidak mampu menepis pengaruh global yang terus menekan rupiah. “Pasar keuangan malah cenderung semakin memburuk,“ kata Beni. (EZ/salam-online)