JAKARTA (SALAM-ONLINE): DPP Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) menyatakan keprihatinannya terhadap kondisi negeri saat ini. Pemerintahan Jokowi-JK dinilai tidak mampu membangun kekuatan ekonomi secara stabil.
“Sebagai anak bangsa sudah selayaknya kita membicarakan kondisi negeri. Kalau bukan pemuda dan mahasiswa, siapa lagi yang akan mengkritisi negara ini,“ ujar Ketua Bidang Hikmah DPP Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Taufan Putra Revolusi Korompot dalam diskusi publik bertema ‘Negara Darurat: Mahasiswa dan Pemuda ke Mana?’ di Gedung Pusat Dakwah Muhammadiyah, Menteng, Jakarta Pusat, Senin (12/10).
Menurut Taufan, ketika kondisi pemerintahan seperti ini terus dibiarkan maka kita sudah dapat melihat kehancuran negara dan bangsa ini. Pemerintah hanya mengedepankan kepentingan politiknya tidak mementingkan kepentingan rakyat.
“Jika pemerintah seperti ini terus, lihat saja kehancurannya. Negara tidak mampu membangun kekuatan ekoonomi secara stabil, kami menganggap ekonomi kita terlalu terbuka, stigma merakyat itu hanyalah simbol semata, hanya cita cita belaka saja, ekonomi yang ingin dilaksanakan pemerintah ini tidak jauh beda dengan presiden-presiden yang lalu,“ terangnya.
Kebijakan pemerintah sekarang, lanjut Taufan, tidak jauh berbeda dengan kebijakan ekonomi pada pemerintahan sebelumnya.
“Pemerintahan kali ini adalah pemerintahan yang neolib, dengan cover merakyat, pemerintahan hari ini dari simbol covernya saja yang hanya merakyat tapi sebenarnya pada kebijakan ekonominya bersifat liberal,“ tuturnya.
Pemerintahan kali ini, ujar Taufan, hanya menguntungkan para pengusaha saja, sementara rakyat terus menerus makin terpuruk.
“Kita negara yang memiliki segala-galanya tapi hampir tidak memiliki apa-apa segalanya, yang dipentingkan hanya pengusaha elit saja dan para pemilik modal,“ tandasnya.
Ia mengatakan penyesalannya terhadap pemerintah yang kian hari makin menyengsarakan rakyat. Kiblat ekonomi yang tidak jelas membuat masyarakat sulit untuk menyelesaikan masalah yang dihadapinya.
“Kami sangat menyesal dan kecewa terhadap bangsa ini, kiblat ekonomi ini tidak jelas, kami sangat menyesal dan kecewa sekali. Kami siap membela presiden, yang penting bisa membuat ekonomi bangsa berdaulat, tapi itu nyatanya sebaliknya yang terjadi, justru tenaga kerja pun dari luar, bukan anak bangsa sendiri,“ kata Taufan, prihatin.
Ia menegaskan, pada zaman presiden sebelumnya negara disebut autopilot, tapi untuk pemerintahan saat ini adalah republik multipilot.
“Simbol presiden hanya satu, tapi seakan-akan fungsi dari presiden dilakukan oleh banyak orang. Presiden tidak memiliki sikap yang tegas. Dari segi kepemimpinan negara ini sangat lemah, tidak ada perubahan,“ tegasnya. (EZ/salam-online)