“Peristiwa Paris untuk Stop Pengungsi Suriah dan Penegasan Kembali Cap ‘Teroris’ kepada Muslim”
CIREBON (SALAM-ONLINE): Menyikapi peristiwa yang terjadi di Paris pada 13 November lalu, salah seorang tokoh ormas Islam Al-Irsyad Said Baumar mengatakan bahwa dengan terjadinya peledakan di Paris ada upaya menghalangi dan menyetop pengungsi Suriah untuk masuk ke negara-negara Eropa. Selain itu, ingin menegaskan kembali cap ‘teroris’ kepada umat Islam.
“Peristiwa Paris merupakan skenario besar negara-negara Barat untuk menghalau umat Islam dari Eropa. Peristiwa Paris juga ingin mengatakan pada dunia bahwa umat Islam adalah ‘teroris’. Padahal sejarah mencatat Prancis membantai ribuan umat Islam di Aljazair dan Maroko,” ungkap Said Baumar kepada redaksi, Sabtu (28/11).
Orang-orang Eropa, kata Said Baumar, sangat ketakutan dengan banjirnya pengungsi dari Timur Tengah, mengingat saat ini populasi umat Islam di sana naik sangat signifikan jumlahnya. Maka untuk menghentikan ini dibuatlah Serangan Paris.
Bahkan, lanjutnya, sesuatu yang sampai hari ini tidak bisa diterima akal sehat, sebegitu rapuhkah sistem keamanan negara Prancis sehingga bom dan serangan bisa terjadi di beberapa titik dalam waktu yang bersamaan.
“Yang membuat kita bertanya-tanya saat ledakan bom di sekitar stadion dimana Presiden Perancis ada di dalamnya sedang menyaksikan pertandingan laga sepak bola antara Prancis dan Jerman, mungkinkah di sekitar stadion tidak ada penjagaan dan pengawasan yang ketat, sementara presidennya ada di dalam stadion?” ujar tokoh Al Irsyad yang tinggal di Kota Cirebon ini.
Said juga mengungkapkan keanehan selang beberapa saat paska ledakan, semua ramai menyebut ISIS sebagai pihak yang paling bertanggung jawab atas serangan Paris itu. “Padahal semua tahu, ISIS bukanlah representasi Islam,” tandasnya.
“Walaupun ISIS menyebut dirinya sebagai khilafah dan (khalifahnya) mengklaim sebagai keturunan Quraisy, Al-Baghdadi tidak bisa disebut sebagai khalifah,” jelasnya.
Dalam khazanah Islam, kata Said, seorang khalifah adalah mereka yang memiliki kualifikasi iman, ilmu, akhlak, dan kepemimpinan yang unggul. Khalifah dipilih oleh umat, bukan mengangkat dirinya sendiri.
“Karena, dengan itu, mereka punya alasan menolak pengungsi Timur Tengah (Suriah, red) dan melakukan tindakan diskriminasi kepada umat Islam di sana. Seperti ketatnya larangan mengenakan hijab dan kontrol ketat kepada masjid-masjid yang bukan mustahil berujung pada pelarangan,” terangnya. (EZ/salam-online)