Ribuan Warga Sipil Suriah Meregang Nyawa, Sejumlah LSM Kemanusiaan Siang Ini Demo Kedubes Rusia
JAKARTA (SALAM-ONLINE): Sejumlah LSM/lembaga kemanusiaan yang tergabung ke dalam ‘Aliansi Merah Putih Peduli Suriah’ (AMPPS) akan mendemo Kedubes Rusia di Jakarta untuk memprotes kejahatan HAM yang dilakukan negara beruang merah itu beserta sekutunya di Suriah, Jumat (8/1) siang ini.
“Invasi militer Rusia ke wilayah Suriah sejak malam 30 September 2015 telah memperburuk kondisi kemanusiaan di Suriah. Dalih Rusia untuk masuk ke Suriah untuk memerangi ‘terorisme’, justru bertolak belakang dengan fakta di lapangan. Ribuan warga sipil tewas. Ratusan Wanita dan anak-anak meregang nyawa,” kata Koordinator ‘Aliansi Merah Putih Peduli Suriah, Wisnhu Teguh Tri Kuncoro, dalam rilis yang diterima redaksi, Kamis (7/1).
Tak pelak, ujarnya, agresi Rusia hanyalah menambah amunisi untuk melanggengkan kejahatan HAM yang dilakukan diktator Basyar Asad. Tak hanya memprotes Rusia dan sekutunya. Aliansi Merah Putih Peduli Suriah juga menempatkan AS dan sekutunya turut bertanggungjawab terhadap jatuhnya banyak warga sipil di Suriah. AS dan sekutunya juga terlibat dalam pembantaian yang menyasar warga sipil Suriah, khususnya pada September 2014 lalu, dengan dalih mau memerangi kelompok tertentu.
Wisnhu mengungkap, Syrian Observatory for Human Rights (SOHR) mencatat, 55.219 orang telah gugur akibat tragedi kemanusiaan di Suriah sejak 1 Januari sampai 31 Desember 2015. Warga sipil menempati jumlah korban terbanyak, lebih dari 20.000 orang.
“Banyak dari mereka mengalami cacat permanen, ratusan ribu anak-anak menjadi yatim piatu, lebih dari setengah populasi Suriah mengungsi sejak perang berkecamuk di sana. Amnesty International mencatat, akibat agresi Rusia sedikitnya 100 ribu orang telah melarikan diri dari Aleppo, sementara 1.000-an lainnya melarikan diri ke sebuah kamp pengungsi di pinggiran kota Atma, Idlib,” ujar Wisnhu.
Indikasi banyaknya korban sipil dari serangan Rusia ke Suriah memang sudah terlihat sejak serangan pertama. Sebanyak 35 warga menjadi korban di Idlib pada malam 30 September 2015.
Bahkan serangan terbesar terjadi di Provinsi Idlib, 49 warga Sipil pada 29 November 2015 meninggal dunia secara bersamaan setelah tiga misil menghantam satu pasar di Ariha.
“Selain membunuh warga sipil, serangan Rusia juga menyasar fasilitas medis dan konvoi kemanusiaan. Di Idlib, Aleppo, dan Hama, Rusia membombardir instalasi kesehatan. Akibatnya, rumah sakit dan ambulans hancur. Para dokter, perawat, staf rumah sakit dan pasien pun turut tewas dalam serangan Rusia. Bahkan, pada akhir November 2015 lalu, pesawat-pesawat tempur Rusia menyerang konvoi bantuan kemanusiaan wilayah Aleppo yang berusaha memberikan pasokan kepada para pengungsi,” ungkapnya.
Maka, kata Wisnhu, diamnya masyarakat Internasional atas kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan yang dilakukan di Suriah, akan mendorong lagi para penjahat untuk membunuh manusia dan kemanusiaan. Sudah seharusnya Indonesia sebagai bangsa yang besar memiliki sikap nyata untuk menghentikan tragedi kemanusiaan di Suriah.
Maka, mencermati kondisi di atas, tegas Wisnhu, ‘Aliansi Merah Putih Peduli Suriah’ menyatakan sikapnya. Pertama, mengutuk intervensi militer Rusia ke Suriah yang telah memperburuk kondisi kemanusiaan di Suriah
Kedua, menolak klaim Rusia yang masuk ke Suriah untuk memerangi kelompok tertentu, padahal faktanya korban terbesar dari serangan Rusia justru adalah rakyat sipil.
Ketiga, menuntut Rusia untuk menghormati hak-hak sipil rakyat Suriah yang dilindungi Hukum Internasional.
Keempat, mendesak agar Rusia menghentikan invasi militernya di Suriah karena terbukti telah menghancurkan kondisi kemanusiaan di Suriah, dan membunuh ribuan warga sipil.
Kelima, mendesak Mahkamah Pidana Internasional untuk menyeret pemimpin Rusia Vladimir Putin ke pengadilan internasional sebagai penjahat perang dan kemanusiaan. (mus)