Oposisi Suriah Tolak Beri Kekuasaan kepada Basyar Asad
SALAM-ONLIINE: Kelompok oposisi yang didukung Arab Saudi pada Rabu (10/2) mengatakan perlunya keseimbangan politik di tanah Suriah untuk mengakhiri peperangan yang sedang terjadi setelah rezim Asad melakukan kerja sama dengan Rusia dan Iran untuk menyerang warga sipil.
“Solusi politik untuk menyelesaikan konflik berdarah di Suriah perlu diprioritaskan dan harus ada keseimbangan kekuasaan,” ujar Ketua Komite Oposisi Suriah Riad Farid Hijab saat konferensi pers di London seperti dikutip Al Arabiya, Rabu (10/2).
Riyad Hijab, yang juga Koordinator Komite Tinggi Negosiasi, menuturkan serangan udara Rusia terhadap warga sipil adalah sebagai jaminan kepada Asad untuk tetap berkuasa.
“Kami menolak memberikan kekuasaan kepada Asad setelah kejahatan yang mereka sudah lakukan kepada warga Suriah,” tegasnya.
Sebelum pernyataan tersebut dikeluarkan, Hijab mengatakan kelompok oposisi akan berpartisipasi dalam pembicaraan damai di Jenewa yang dijadwalkan pada 25 Februari jika komitmen yang diinginkan dilaksanakan oleh PBB.
Sebelumnya, kelompok oposisi menarik diri dari perundingan di Jenewa Januari lalu karena Rusia dan rezim Basyar Asad terus membombardir warga sipil dan melakukan blokade (pengepungan) di sejumlah kota sehingga banyak rakyat Suriah yang kelaparan dan mengalami gizi buruk. Tidak sedikit warga Suriah yang kemudian tak mampu bertahan hidup.
Tingginya jumlah korban jiwa, membuat pihak oposisi meminta Washington untuk menekan Moskow agar menghentikan serangan udara di Suriah.
Laporan terbaru yang dikeluarkan lembaga Observatorium Suriah untuk hak asasi manusia (SOHR) yang berbasis di Inggris menyebutkan pada Rabu bahwa lebih dari 500 orang, termasuk puluhan warga sipil meregang nyawa dalam serangan yang dilancarkan Rusia secara terus-menerus di provinsi Aleppo pada bulan ini.
Laporan tersebut menyebutkan 506 korban, di antaranya 23 anak-anak, meninggal dalam serangan udara yang dilakukan oleh Rusia di kota Aleppo dan sekitarnya sejak operasi itu diluncurkan pada 1 Februari lalu. (EZ/salam-online)
Sumber: Al Arabiya