JEMBER (SALAM-ONLINE): “Orang bilang tanah kita tanah surga, tongkat kayu dan batu jadi tanaman”. Penggalan lirik lagu Kolam Susu-nya Koes Plus itu menggambarkan betapa kayanya tanah Indonesia. Seharusnya, tak ada kata sulit cari makan dalam “kamus” Negeri Zamrud Khatulistiwa ini. Nyatanya, di pelosok Jember, ada nenek yang hidup susah.
Hasilnya berkah bagi si nenek. Rumahnya yang jelek akan direnovasi, makannya pun akan diperhatikan.
Adalah Sulimah, yang akrab disapa Bu Rokayah, nenek berusia 87 tahun yang bernasib malang itu. Sebabnya, warga Dusun Krajan B, Desa Gambirono, Kecamatan Bangsalsari, Kabupaten Jember itu hidup dalam kemiskinan dan kesendirian. Rokayah hidup seorang diri. Suaminya meninggal beberapa tahun silam. Pasangan ini tak dikaruniai anak.
Dia tinggal di sebuah rumah anyaman bambu yang berdiri di atas tanah milik PT Perkebunan Nusantara XII, pinggir jalan raya di depan SDN 1 Gambirono. Kondisi rumahnya jauh dari kata layak, bahkan dalam “ukuran” di desa sekalipun. Atap rumahnya banyak lubang. Jika hujan turun, air selalu “mampir” ke dalam rumahnya. Tempat tidurnya, hanya dipan reot yang terletak di sebuah sisi. Selain dipan reot itu, isi rumah Rokayah hanya dua kursi, sebuah meja yang tampak mengusang dan satu lemari kecil yang seolah menjadi penyekat antara dapur dan kamar.
Jangan bayangkan dapur yang ada di rumah-rumah warga Jakarta yang berisi kompor gas dan segala peralatan memasak. Dapur Rokayah hanya berisi tungku yang terbuat dari batu bata dan tanah. Dia memasak menggunakan bambu yang dibakar.
Sebegitu sulit kehidupan Rokayah, dalam sebuah wawancara yang direkam, Rokayah mengaku sempat beberapa kali memakan rumput liar yang tumbuh di belakang rumahnya karena tak punya makanan. Setelah rumput liar itu dicabut, Rokayah menguleknya hingga halus agar mudah ditelan. “Seperti minum jamu,” tutur Rokayah yang semua rambutnya sudah memutih. Untuk menjaga kesehatannya, Rokayah kerap mengonsumsi abu sisa pembakaran yang dicampur air kapur.
Suwardi, tetangga yang mendampingi Rokayah saat menerima wartawan, kemarin, menjelaskan Rokayah datang dari Madura bersama suaminya puluhan tahun lalu. Kemudian, suaminya meninggal. Rokayah tak bisa bekerja karena usianya yang sudah tergolong renta. “Bu Kaya (sapaan Rokayah) hanya bisa berbaring di rumah karena usianya yang sudah tua,” tutur Suwandi.
Selama ini, Rokayah hanya hidup dari belas kasih tetangga. Para tetangga beberapa kali memberinya beras. Tapi, tak setiap hari. Sebab, masyarakat sekitar juga hidup dalam kemiskinan. Rokayah jadi tak enak hati menerima bantuan itu. Dia pun memilih memakan rumput liar. “Saya nggak mau merepotkan orang,” imbuh Rokayah dengan nada pelan.
Karena berita “Rokayah Makan Rumput” heboh di medsos, pemerintah pusat dan daerah bergerak. Bupati Jember, Faida yang sedang berada di Jakarta, langsung menyuruh anak buahnya mengecek ke rumah Rokayah.
Kabag Humas Pemkab Jember Sri Wahyuniatik membenarkan kondisi kemiskinan yang dialami Rokayah, namun dia membantah berita Rokayah memakan rumput liar untuk menyambung hidupnya. Yang benar, kata dia, Rokayah memakan jenis dedaunan yang biasa disebut sembukan, bukan rumput.
Kata dia, saat itu Rokayah sedang sakit perut dan mengalami masalah pencernaan. “Orang desa itu yakin, bisa sembuh kalau mengonsumsi daun sembukan,” katanya.
Bahkan, kata Yuni, dia sendiri juga sering mengonsumsi sembukan. “Kalau dibuat bothok juga enak,” selorohnya. Karena itu, dia meminta masyarakat tidak terpancing persoalan yang kemudian membuat kesalahpahaman. Meski demikian, dia juga mengaku berterima kasih atas informasi yang disampaikan masyarakat dari media sosial.
Terkait berita Rokayah Makan Rumput yang sempat beredar, Ketua Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Jember Sigit Edy Maryanto menyebut pemberitaan yang disampaikan oleh sejumlah media itu memang benar adanya. “Kami sudah mengecek segala bukti mengenai liputan rekan-rekan media itu yang datang ke lokasi,” ucap Sigit.
Dikatakan, dari rekaman baik suara maupun video, memang Rokayah, menyebut makan rumput saat kelaparan. “Tetapi tidak setiap hari, hanya saat kelaparan dan saat tidak memiliki makanan lagi,” ucap Sigit. Apalagi, diperkuat keterangan jika Rokayah mengaku malu jika harus meminjam pada tetangga sekitarnya.
Sigit pun menambahi, sebenarnya ada hikmah di balik semua ini.
Berkah bagi Rokayah memang nyata. Pemerintah Daerah Jember, juga pemerintah pusat melalui Kementerian Sosial akan “memanjakan” Rokayah. Selain kehidupannya akan dijamin tak kelarapan, ada salah satu perusahaan kayu yang akan merenovasi rumahnya. Sebelum rumahnya beres, Rokayah akan dititipkan di Dinas Sosial Jember.
Sumber: http://m.rmol.co/read/2017/03/03/282416/Nenek-Miskin-Di-Jember-Akhirnya-Ketiban-Berkah-