SALAM-ONLINE: Kenikmatan dan keindahan dunia sering kali melalaikan manusia dari tugas utamanya, yaitu beribadah kepada Allah. Banyak keinginan duniawi yang ingin diwujudkan. Demi meraihnya, dibuatlah segala macam rencana dan strateginya. Tidak jarang, dari semua rencana itu menuntut adanya kerelaan untuk mengorbankan apa yang disukai oleh dirinya. Bahkan sampai pada taraf membahayakan diri sendiri.
Lihat saja apa yang dikerjakan oleh pemburu dunia. Tidak peduli siang atau malam, ketika iming-iming materi yang menggiurkan ada di depan mata dengan risiko berbahaya langsung saja dikerjakan olehnya. Tidak peduli pula dengan kehormatan dan harga diri, tatkala uang segepok di pelupuk mata, apa pun risikonya siap dilaksanakan.
Kesibukan duniawi yang menguras pikiran dan tenaga sering membuat hati tak sempat lagi untuk memikirkan bagaimana shalat khusyu’. Bahkan sekadar untuk berdzikir mengucapkan kalimat thayyibah tak lagi ada waktu untuknya. Semua potensi diri difokuskan untuk target dunianya. Tidak jarang pula, niatan ibadah yang mulia ditujukan hanya demi kesuksesan dunianya. Mulailah kecintaan kepada dunia disejajarkan dengan kecintaan kepada Allah. Tak pelak, perbuatan syirik pun terjadi tanpa disadari.
Sementara ketika umur telah beranjak senja, jasad tak lagi mampu menyangga. Ungkapan keluh dan kesah selalu menghiasi lisannya. Tak ada lagi rasa syukur dan sabar, yang ada justru prasangka buruk kepada Sang Pemberi hidup. Sebuah pertanyaan mendasar menggelayuti pikiran, apa yang diperoleh dari semua kerja kerasnya selama ini?! Semua berujung pada fatamorgana dunia.
Bagi jiwa yang berharap kebaikan dunia dan akhirat, masihkah terbersit dalam benak pikirannya akan kewajiban yang banyak dan berat dalam kehidupan dunia ini?! Sementara Allah Yang Maha Penyayang telah menegaskan tidak ada satu tugas pun yang diperintahkan kepada manusia dan jin selain dari beribadah hanya kepada-Nya. Di saat yang bersamaan Allah Yang Maha Pengasih juga telah menjamin keberlangsungan hidup dan rezeki kita agar bisa menjalankan tugasnya dengan baik dan benar. Simaklah bagaimana Allah Ta’ala berfirman:
﴿وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ (56) مَا أُرِيدُ مِنْهُمْ مِنْ رِزْقٍ وَمَا أُرِيدُ أَنْ يُطْعِمُونِ (57) إِنَّ اللَّهَ هُوَ الرَّزَّاقُ ذُو الْقُوَّةِ الْمَتِينُ (58)﴾
“Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah hanya kepada-Ku. Aku tidak menghendaki rezeki sedikit pun dari mereka dan Aku tidak menghendaki agar mereka memberikan makan kepada-Ku. Sesungguhnya Allah Dia-lah Yang Maha Pemberi rezeki lagi Pemilik Kekuatan yang kokoh,” (QS Al Dzariyat: 56-58).
Dalam ayat lain Allah juga menegaskan bahwa kehidupan semua makhluk di dunia ini telah dijamin oleh-Nya, termasuk juga manusia agar semua bisa menjalankan fungsi dan tugas utamanya, yaitu hanya mengabdi kepada-Nya. Allah berfirman:
وَمَا مِنْ دَابَّةٍ فِي الْأَرْضِ إِلَّا عَلَى اللَّهِ رِزْقُهَا وَيَعْلَمُ مُسْتَقَرَّهَا وَمُسْتَوْدَعَهَا كُلٌّ فِي كِتَابٍ مُبِينٍ (6)
“Dan tidak ada dari binatang melata pun di muka bumi melainkan semua rezekinya telah ditanggung oleh Allah, dan Dia-lah yang mengetahui tempat berdiamnya dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam Kitab yang Nyata (Lauhul Mahfudz),” (QS Hud: 6).
Namun banyak manusia menyangka kebutuhan hidupnya dicukupi oleh dirinya sendiri sehingga dengan kesibukannya itu membuat lalai dengan tugas utamanya. Sebuah kesalahan persepsi yang tanpa disadari bisa menjerumuskan seorang hamba ke dalam jurang kekufuran.
Ketika semua berada di hadapan Allah Ta’ala, tak ada lagi yang bisa dibanggakan dari prestasi dan kerja keras duniawinya melainkan hanya prestasi ibadah kepada-Nya semata. Itulah satu permintaan dari Allah Yang Maha Penyayang. Namun sebagian besar manusia melalaikan dan mengabaikannya.
Sebuah hadits qudsi memberikan penjelasan kepada kita tentang “satu permintaan dari Allah yang lebih ringan” dibandingkan dengan siksaan penduduk neraka yang paling ringan. Dari Anas bin Malik—semoga Allah meridhainya—telah meriwayatkan dari Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda:
يَقُولُ اللَّهُ تَعَالَى لِأَهْوَنِ أَهْلِ النَّارِ عَذَابًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ لَوْ أَنَّ لَكَ مَا فِي الْأَرْضِ مِنْ شَيْءٍ أَكُنْتَ تَفْتَدِي بِهِ فَيَقُولُ نَعَمْ فَيَقُولُ أَرَدْتُ مِنْكَ أَهْوَنَ مِنْ هَذَا وَأَنْتَ فِي صُلْبِ آدَمَ أَنْ لَا تُشْرِكَ بِي شَيْئًا فَأَبَيْتَ إِلَّا أَنْ تُشْرِكَ بِي –رواه البخاري-
“Allah berfirman kepada penduduk neraka yang paling ringan siksanya pada hari kiamat; Jikalau engkau memiliki semua yang ada di bumi apakah engkau mau menebus siksaan ini dengannya? Lalu berkatalah penduduk neraka yang paling ringan siksanya: Ya. Lalu Allah berfirman: Sejatinya Aku menghendaki dari engkau lebih ringan daripada ini saat engkau berada di tulang sulbi Adam agar engkau tidak menyekutukan sesuatu pun dengan-Ku, lalu engkau justru mengabaikannya dan berbuat syirik kepada-Ku,” (HR Bukhori).
Masihkah kita merasa bahwa Allah Ta’ala menuntut dari kita dengan tuntutan yang banyak?! Sementara Allah hanya menghendaki dari kita semua “satu permintaan ringan saja” agar kita tidak menyekutukan sesuatu apa pun dengan-Nya. Masihkah pula ada anggapan bahwa kita terlalu sibuk untuk mencukupi kebutuhan hidup sehingga lalai dengan kewajiban tauhid?! Sementara Allah telah menjamin kecukupan hidup di dunia ini agar seorang hamba bisa melaksanakan tugas tauhid dan menjauhi syirik.
Semoga Allah Yang Maha Penyayang senantiasa memberikan kepada kita semua petunjuk agar kita mampu menunaikan permintaan-Nya hingga akhir hayat nanti. Wallahu a’lam bis shawab.
Abu Athif