–CATATAN TARDJONO ABU MUAS–
SALAM-ONLINE: Buku berjudul ‘Rahasia Tak Terungkap 212, dari Ciamis untuk Dunia’ yang hadir di hadapan pembaca kali ini tak pelak menimbulkan berbagai pertanyaan. Salah satu pertanyaan yang muncul dan patut direnungkan adalah, kenapa ribuan santri rela berjalan kaki dari Ciamis menuju Jakarta pada Aksi 212? Jawabnya adalah berupa “Kesaksian” yang terungkap dalam buku ini.
Alhamdulillah, penulis bersyukur kepada Allah. Beberapa bulan telah berlalu penulis dipertemukan kembali dengan para santri alumnus kafilah pejalan kaki di tempat asalnya, di Pondok Pesantren Miftahul Huda 2 Ciamis, sekaligus penulis dapat bersilaturahim dengan Pimpinan Ponpes, KH Nonop Hanafi yang juga pimpinan kafilah Aksi 212.
Membaca buku yang satu ini, penulis terbawa ke dalam suasana saat-saat di mana penulis selama tidak kurang dari 15 jam pernah mendampingi kafilah berjalan kaki dari Rest Area Kampoeng Nagreg hingga Masjid Perhutani yang berlokasi di Jalan Soekarno Hatta Bandung sebagai tempat singgah untuk beristirahat.
Saat itu, Rabu 30 November 2016 pukul 06.00 WIB, penulis tiba di Kawasan Rest Area Kampoeng Nagreg Kabupaten Bandung, mendapati rombongan kafilah telah bersiap-siap melanjutkan perjalanan setelah menempuh jarak hampir 100 km. Tepat pukul 07.00 WIB berangkatlah kafilah melanjutkan perjalanan dengan barisan yang panjang dan teratur menelusuri jalan ke arah Bandung.
Di sepanjang jalan yang mereka lalui, tampak sambutan hangat dan rasa empati masyarakat menyambutnya, bukan hanya dengan lambaian tangan, tapi juga disertai dengan pemberian logistik bagi keperluan rombongan serta doa dari mereka.
Saat-saat kafilah memasuki Wilayah Cicalengka, telah berjajar pula di pinggir jalan para ibuu majelis ta’lim, anak-anak sekolah dan masyarakat yang antusias menyambutnya. Pemandangan yang unik dan mengharukan yang sempat terekam penulis, ada 3 ibu yang terlihat usai menjemput putra-putrinya dari sekolah TK ikut menyambut kehadiran kafilah di pinggir jalan sambil siap merekam dengan Hp miliknya.
Beberapa puluh meter lagi saat kedatangan kafilah di hadapannya, rupanya ibu-ibu ini sudah mulai merekamnya sambil raut mukanya terlihat berubah menjadi sedih dan haru. Detik-detik kafilah sampai di hadapannya, ibu-ibu ini sudah tak tahan lagi untuk menahan cucuran air matanya, menangis tersedu-sedu. Tanpa mereka sadari ada yang merekam kejadian yang sangat mengharukan ini.
Usai barisan terakhir kafilah melewatinya, penulis sempat mewawancara salah seorang dari ibu yang sangat keras tangisnya. Sebuah pertanyaan yang penulis ajukan kepada si Ibu ini, kenapa Ibu terlihat sangat sedih dan terharu tak tahan menahan air mata hingga menangis tersedu-sedu? Jawabnya, ternyata masih ada umat yang mau rela dan ikhlas membela Islam yang dihinakan walau pembelaannya harus dalam bentuk jalan kaki beratus-ratus kilo meter. Pada akhir wawancara, tak lupa Ibu ini berdoa kepada Allah agar rombongan kafilah mendapatkan kemudahan dan keselamatan hingga sampai tujuan.
Kisah Aksi 212 tak luput telah meninggalkan torehan sejarah yang sangat mendalam bagi para alumninya, tak terkecuali penulis, yang juga merupakan pelaku sejarah, baik Aksi 411 maupun 212. Penulis tak mudah melupakan apa yang disampaikan oleh Ustadz Bahtiar Natsir saat membuka acara di Monas pada Aksi 212 bahwa acara Aksi Damai kali ini tak akan lagi mengetuk Pintu Istana, tapi acara kali ini semata-mata hanya Mengetuk Pintu Langit.
Allahu Akbar… Subhanallah…dengan hanya berniat Mengetuk Pintu Langit, Allah Subhanahu wa Ta’ala menunjukkan Kekuasaannya untuk menggerakkan para penghuni Istana mau melangkahkan kaki menuju Monas, Pusat Lokasi Aksi 212. Penghuni Istana hadir di Monas saat jelang khutbah dan shalat Jum’at yang artinya mereka mau tidak mau harus juga mendengarkan isi khutbah dan jadi ma’mum shalat Jum’at yang digelar oleh Gerakan Nasional Pengawal Fatwa-MUI (GNPF-MUI) itu.
Buku setebal 196 halaman yang terdiri dari hanya 3 sub judul ini sangatlah nikmat dibaca, yang tak urung dapat membawa pembaca larut dalam keharuan yang tanpa terasa air mata meleleh membasahi pipi. Kisah yang ditulis sendiri oleh sang pelaku sejarah dalam buku ini sangat menyentuh relung-relung hati pembaca, karena apa yang ditulisnya merupakan ungkapan rasa, penglihatan dan apa-apa yang telah dilakukannya.
Selain tulisan dari Pencetus Ide Gila Jalan Kaki Ciamis-Jakarta yang menjadi isi pokok buku, buku ini juga dilengkapi dengan tulisan beberapa kesaksian fakta-fakta keajaiban Aksi 212. Buku ini layak dibaca oleh khalayak, terutama para alumnus pelaku sejarah Aksi 212, sehingga dapat mengambil hikmahnya.
Penulis adalah Pemerhati Perbukuan