Perangi ‘Islamofobia yang Merajalela’, Presiden Austria Minta Semua Wanita Memakai Jilbab
WINA (SALAM-ONLINE): Presiden Austria, Alexander Van der Bellen, meminta semua wanita agar memakai jilbab dalam rangka menunjukkan solidaritas terhadap umat Islam untuk melawan “Islamofobia yang merajalela”.
Pernyataan mengejutkan dari Alexanser Van der Bellen terkait Islamofobia dan permintaan penggunaan jilbab ini direspons sebagai solidaritas untuk Muslimah. Permintaan sebagai solidaritas kepada umat Islam itu akan dia serukan jika Islamofobia berlanjut.
Komentar Presiden Van de Bellen ini disampaikan kepada para siswa beberapa hari lalu.
Namun, mengacu pada diskriminasi terhadap umat Islam di Austria, dia melanjutkan komentarnya. ”Jika Islamofobia ini terus berlanjut dan menyebar luas, saatnya akan tiba ketika kita harus meminta semua wanita untuk memakai jilbab,” ujarnya seperti dilansir The Independent, Jumat (28/4/2017).
Komentarnya dibuat pada Maret lalu, namun muncul setelah disiarkan di televisi Austria, di tengah perdebatan di negara tersebut dan negara tetangga tentang larangan cadar.
Van der Bellen menanggapi sebuah pertanyaan dari seorang siswi yang berpendapat bahwa larangan terhadap jilbab akan mengurangi penampilan wanita, bukan prestasi, dan menutup sebagian dari pasar tenaga kerja.
“Ini adalah hak setiap wanita untuk selalu berpakaian seperti yang dia inginkan, itulah pendapat saya mengenai masalah ini,” tegas Alexander yang diungkapkan saat bertemu dengan sejumlah siswa pada Senin (24/4) lalu.
Ia menyebutkan bukan hanya wanita Muslim yang dapat melakukan itu (berjilbab), menurutnya, semua wanita bisa mengenakan jilbab.
“Dan bukan hanya wanita Muslim, semua wanita bisa mengenakan jilbab, dan jika Islamofobia yang nyata dan marak ini terus berlanjut, akan datang suatu hari dimana kita harus meminta semua wanita memakai jilbab, semua, karena untuk menunjukkan solidaritas terhadap mereka yang melakukan itu untuk alasan agama,” Alexander menegaskan.
Simpati Alexander terhadap kelompok minoritas, termasuk Muslim, sudah lama diketahui publik.
Seperti diketahui, dukungan untuk larangan jilbab secara penuh telah berkembang di seluruh Eropa sejak Prancis menjadi negara pertama yang menerapkan undang-undang tersebut pada 2011.
Dukungan untuk larangan jilbab ini diikuti oleh beberapa negara Eropa, termasuk Belgia dan Bulgaria. Sementara larangan parsial (tidak penuh) diberlakukan di Austria, sebagian Spanyol, Italia dan Swiss. (EZ/salam-online)
Sumber: The Independent