Serangan Peluru Penjajah ‘Israel’ di Sekitar Al-Aqsha Lukai 900 Warga Palestina
Pasukan “Israel” telah melukai lebih dari 900 warga Palestina sejak serangan dilancarkan penjajah di sekitar komplek Masjid Al-Aqsha itu mulai meletus pada 14 Juli lalu.
AL-QUDS (SALAM-ONLINE): Lebih dari 900 warga Palestina telah terluka dalam konfrontasi dengan pasukan penjajah “Israel” dalam 10 hari terakhir di komplek Masjid Al-Aqsha, demikian menurut Bulan Sabit Merah Palestina.
Rumah sakit di Palestina telah melebihi kapasitasnya akibat banyaknya korban luka. Banyak dari rumah sakit khawatir akan terus kebanjiran pasien korban luka, selain korban jiwa, jika ketegangan terus terjadi di komplek Masjid Al-Aqsha tersebut.
Menurut pihak rumah sakit, sebagian besar korban luka disebabkan oleh peluru penjajah “Israel”. Kelompok HAM internasional mengutuk penggunaan peluru oleh pasukan penjajah “Israel” itu.
Muhammed Ismeal, 39, yang saat ini dirawat di Rumah Sakit Al-Maqassid di Al-Quds (Yerusalem) Timur, diduga ditembak pasukan penjajah “Israel” dengan granat setrum di kepala. Hal itu membuatnya hilang ingatan.
“Dia tidak cacat, tapi sekarang lihat dia, dia tidak bisa mengenali siapapun, sepertinya dia kehilangan ingatannya,” kata Muataz Ismeal, saudara pasien, kepada Aljazeera, Senin (24/7).
Suleiman Turukman, dokter yang menangani kasus Mohammed, mengatakan bahwa dia takut akan kehidupan pasiennya.
“Kondisinya serius, dia hampir meninggal. Sekarang dia membaik, tapi bingung dan tidak bisa mengenali keluarganya karena trauma,” ujarnya.
Bentrokan antara warga Palestina dengan pasukan penjajah “Israel” dipicu penutupan komplek Masjid Al-Aqsha oleh pasukan keamanan penjajah itu setelah tiga penyerang bersenjata menewaskan dua polisi “Israel”.
Orang-orang Palestina melihat langkah tersebut merupakan upaya “Israel” untuk memperluas kontrolnya di komplek Masjid Al-Aqsha yang dikelola oleh warga Muslim.
Pada hari Ahad, penjajah “Israel” memasang kamera keamanan baru di lokasi yang sama. Tindakan ini kembali memicu kemarahan warga Muslim Palestina.
Hussein Da’na (76), seorang warga Palestina, mengatakan kepada Aljazeera bahwa dia menolak kamera yang dipasang pihak penjajah, karena merugikan orang-orang Palestina secara lebih jauh.
“Kamera ini dibuat untuk mengidentifikasi wajah orang-orang yang dilarang memasuki Masjid Al-Aqsha,” kata Da’na.
“Kami shalat setiap pagi di sini dan polisi menyerang kami, saya berniat untuk terus shalat di sini sampai ‘Israel’ menghapus semua aturan yang baru itu,” ujarnya.
Orang-orang Palestina melihat langkah tersebut merupakan usaha penjajah “Israel” untuk memperluas kontrolnya di komplek yang dikelola oleh Muslim tersebut. (EZ/Salam-Online)
Sumber: Aljazeera