Pelajar Muhammadiyah Tolak Iklan dan Sponsor Rokok
JAKARTA (SALAM-ONLINE): Pimpinan Pusat Ikatan Pelajar Muhammadiyah (PP IPM) menggelar Dia-Lo-Gue ‘Publikasi Hasil Riset: Hubungan antara Status Merokok pada Pelajar dengan Iklan, Promosi dan Sponsor Rokok di Pulau Jawa’ di Aula KH Ahmad Dahlan, Gedung Pusat Dakwah PP Muhammadiyah, Jalan Menteng Raya 62, Jakarta Pusat, Selasa (19/9/2017).
IPM dan Nasyiatul Aisyiyah (NA)—dua organisasi otonom Muhammadiyah—menolak iklan, promosi dan sponsor rokok. Ketua Umum IPM Velandani Prakoso melihat, produksi rokok di Indonesia dari tahun ke tahun menunjukkan tren peningkatan. Badan Kebijakan Fiskal mencatat, terjadi kenaikan produksi rokok dari 344,52 miliar batang pada 2014 menjadi 348,12 miliar di tahun 2015.
“Peningkatan rokok tersebut disebabkan oleh maraknya iklan rokok, sponsor rokok dan promosi lainnya yang produsen rokok tawarkan,” kata Velandani dalam acara Dia-Lo-Gue tersebut.
Peneliti dari IPM bidang Pengkajian Ilmu Pengetahuan, Ikmawati Rifky Solihatun mengungkapkan, banyak dari penikmat rokok adalah para remaja. Produsen mengedarkan rokok secara luas, di Indonesia khususnya.
“Target pemasaran penikmat rokok adalah remaja. Perusahan-perusahaan rokok membidik terutama adalah anak dan remaja. Karena itu perlu ada pelarangan penayangan (iklan) rokok. Sekarang ini tidak ada batasan terhadap iklan rokok,” sesal Ikmawati.
Dalam acara Dia-Lo-Gue itu, Staf Kepresidenan, Aditya Syarif mengatakan, pemerintahan sangat mendukung kampanye terhadap konten-konten yang menolak rokok. Hanya saja, ujarnya, tidak semua orang di pemerintahan setuju kepada peraturan presiden.
“Presiden sendiri mendukung untuk menolak rokok, tapi kan ada pihak-pihak yang memang tidak setuju. Oleh karenya perlu peran serta dari masyarakat sipil. Pemerintah juga perlu mengambil langkah tegas dalam pembatasan iklan rokok,” terang Syarif.
Dalam kesempatan ini, Ketua Umum PP Nasyiatul Aisyiyah, Dyah Puspitarini, mengapresiasi data penelitiaan yang dilakukan oleh pelajar Muhammadiyah. Menurutnya, hari ini Indonesia tidak hanya darurat rokok, tapi perang terhadap racun tersebut.
“Karena bentuk dari penjajahan yang berbeda sekarang ini adalah (di antaranya) melalui rokok, kita harus perangi rokok,” tegas Dyah. (EZ/Salam-Online)