Serukan Agar Media Aljazeera Dibom, Pejabat Senior Keamanan UEA Ini Picu Kemarahan
SALAM-ONLINE: Seorang pejabat senior keamanan Uni Emirat Arab (UEA) telah memicu kemarahan setelah menyerukan pengeboman terhadap Aljazeera, jaringan media Qatar.
Dalam serangkaian postingannya di Twitter pada Jumat (24/11/2017), Letnan Jenderal Dhahi Khalfan, melancarkan serangan pedas terhadap media Aljazeera. Ia menuduhnya memprovokasi serangan bom dan penembakan di sebuah masjid di Semenanjung Sinai, Mesir, pada Jumat (24/11) lalu.
“Sekutu Saudi seharusnya mengebom mesin (pencetak) terorisme, channel ISIL (ISIS), Al-Qaidah dan Front al-Nusra, Aljazeera sang teroris,” seru mantan kepala kepolisian Dubai yang sekarang menjadi kepala keamanan UEA itu kepada 2,42 juta pengikutnya di Twitter.
“Untuk berapa lama mereka (Aljazeera) terus mengutak-atik keamanan Mesir dan dunia Arab?” kicaunya seperti dilansir Aljazeera, Sabtu (25/11).
Khalfan kemudian memposting gambar logo ikon Aljazeera dengan latar belakang foto Abu Bakr al-Baghdadi, pemimpin kelompok Levant (ISIL, yang juga dikenal sebagai ISIS), serta Osama bin Laden, Hassan Nasrallah (pemimpin “Hizbullah”), dan Ulama berusia 91 tahun, Syaikh Yusuf al-Qaradhawi.
Managing Director Aljazeera Arab, Yaser Abuhilalah, mengatakan bahwa Khalfan “bertanggung jawab penuh atas (pernyataan) serangan terhadap Aljazeera dan krunya”.
“UEA perlu menanggapi (pernyataan Khalfan). Dia bukan hanya warga negara Emirat, tapi dia adalah pejabat di pemerintahan UEA,” kata Abuhilalah kepada al-Quds al-Arabi, Sabtu (25/11).
“Dia menggunakan kemarahannya atas serangan mengerikan di Sinai untuk memicu kebenciannya terhadap Aljazeera,” ujarnya.
“Apa yang Dhahi Khalfan lakukan adalah hasutan untuk terorisme. Terorisme tidak hanya terbatas pada melakukan kejahatan, tapi juga tindakan atau pernyataan yang membuka jalan bagi tindakan teroris atau menghasutnya, dan hasutan terhadap terorisme adalah terorisme itu sendiri,” katanya.
Dikatakan, Khalfan juga telah membuat beberapa ucapan kontroversial di masa lalu namun belum pernah dituntut berdasarkan undang-undang ‘ujaran kebencian’ di UEA.
Pada Maret tahun lalu, pernyataannya menjadi berita utama setelah mendesak orang-orang Arab untuk bersekutu dengan “Israel” melawan “musuh-musuh Timur Tengah”.
Dan awal tahun ini, petenis berusia 66 tahun tersebut men-tweet “dukungan penuh” untuk Presiden AS Donald Trump yang melarang Muslim masuk AS.
UEA, Arab Saudi, Mesir dan Bahrain memutuskan hubungan dengan Qatar pada 5 Juni lalu. Keempat negara tersebut menjatuhkan sanksi, memblokade dan mengembargo Qatar setelah mereka menuduh negara kecil kaya itu mendukung “terorisme”, sebuah tuduhan yang ditolak oleh Doha dengan keras. Negara-negara itu juga mendesak Qatar untuk menutup jaringan media Aljazeera.
Pada 22 Juni 2017, kelompok yang dipimpin Saudi itu mengeluarkan daftar permintaan 13 poin, termasuk penutupan jaringan media Aljazeera, pembatasan hubungan dengan Iran dan pengusiran militer Turki yang ditempatkan di negara tersebut, sebagai prasyarat untuk mencabut sanksi.
Qatar menolak tuntutan tersebut dan menyebut apa yang dilakukan oleh Saudi dan sekutunya itu sebagai pelanggaran terhadap kedaulatan negara lain. (S)
Sumber: Aljazeera