Hamas dan Jihad Islam Pertimbangkan Hadir di Pertemuan PLO
RAMALLAH (SALAM-ONLINE): Hamas dan Jihad Islam akan mempertimbangkan kemungkinan ambil bagian dalam sebuah pertemuan Dewan Pusat Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) yang akan diadakan akhir bulan ini, kata seorang sumber di dalam kelompok tersebut, Anadolu Agency melaporkan, Jumat (5/1/18).
Sumber yang tak ingin disebut namanya itu, mengatakan pada Jumat bahwa kelompok tersebut secara serius mempertimbangkan sebuah undangan yang diterima untuk berpartisipasi dalam pertemuan mendatang.
“Ada kecenderungan umum (Hamas dan Jihad Islam) untuk ambil bagian dalam pertemuan tersebut dengan tujuan mempengaruhi hasilnya secara positif,” ujar sumber tersebut.
Dewan Pusat PLO diharapkan mengadakan pertemuan di bawah bendera “Yerusalem adalah Ibu Kota abadi Palestina” pada 14 Januari mendatang.
Tujuan pertemuan tersebut adalah untuk menempa sikap bersatu dalam menghadapi keputusan sepihak Presiden Donald Trump pada bulan lalu terkait klaim Yerusalem sebagai ibu kota Zionis “Israel”.
PLO adalah kelompok yang memayungi sebagian besar faksi utama Palestina, kecuali Hamas dan Jihad Islam.
Pertemuan terakhir Dewan Pusat PLO diadakan pada 2015 di Ramallah, ibu kota administratif Otoritas Palestina.
Pada Kamis (4/1), Hamas dan Jihad Islam mengumumkan bahwa mereka telah menerima undangan resmi untuk berpartisipasi dalam pertemuan dewan pada 14 Januari tersebut.
Kedua kelompok, yang berkomitmen terhadap sebuah kebijakan perlawanan bersenjata melawan penjajah Zionis selama beberapa dekade, mengatakan bahwa mereka akan mempertimbangkan tawaran tersebut.
Pada Ahad (31/12/2017) lalu, Presiden Palestina Mahmoud Abbas mengumumkan bahwa Dewan Pusat PLO akan segera mengadakan sebuah pertemuan darurat untuk membahas “isu-isu penting” yang terkait dengan Yerusalem (Al-Quds).
Seperti diketahui, pada 6 Desember 2017 lalu, Presiden AS Donald Trump mengumumkan keputusannya untuk mengakui Yerusalem sebagai ibu kota “Israel”. Keputusan sepihak ini memicu kecaman dan protes luas dari seluruh dunia Arab dan negara-negara Muslim. Bahkan di Amerika sendiri digelar unjuk rasa menentang keputusan Trump tersebut.
Bagaimanapun, Yerusalem tetap menjadi jantung konflik Timur Tengah. Orang-orang Palestina sendiri sudah lama mencanangkan Yerusalem Timur—yang diduduki oleh penjajah Zionis—pada pada akhirnya dapat berfungsi sebagai ibu kota negara Palestina yang merdeka. (S)
Sumber: Anadolu Agency