Mesir dan Saudi Serukan Pertahankan Status Historis dan Hukum Kota Yerusalem
KAIRO (SALAM-ONLINE): Mesir dan Arab Saudi menyerukan untuk mempertahankan status historis dan hukum Kota Al-Quds (Yerusalem), di tengah ketegangan setelah keputusan sepihak Amerika Serikat (AS) yang mengklaim kota tersebut sebagai ibu kota Zionis “Israel”.
Pada Sabtu (6/1/18), Menteri Luar Negeri Mesir Sameh Shoukry tiba di Riyadh, Arab Saudi, untuk melakukan pembicaraan dengan Menlu Saudi Adel al-Jubeir mengenai perkembangan di wilayah Palestina.
Sebuah pernyataan yang dikeluarkan oleh Kemenlu Mesir seperti dilansir Anadolu Agency, Sabtu (6/1) menyebut dua diplomat Saudi dan Mesir itu menggarisbawahi pentingnya mempertahankan status historis dan hukum Yerusalem.
Keduanya membahas upaya Arab untuk mempertahankan status Al-Quds yang nasibnya harus ditetapkan dalam negosiasi akhir terkait status kota tersebut.
Pertemuan itu juga membahas mengenai penanganan sarana untuk memperkuat koordinasi dalam menghadapi tantangan keamanan negara Arab.
Para menteri luar negeri dari enam negara Arab: Mesir, Yordania, Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Palestina dan Maroko berencana bertemu di Amman pada Sabtu untuk membahas situasi di Yerusalem, Palestina.
Pekan lalu, Knesset (parlemen penjajah Zionis) menyetujui sebuah RUU yang memerlukan persetujuan 80 dari 120 anggota majelis untuk mengubah status resmi atau batas Kota Al-Quds.
Langkah Knesset itu dilakukan kurang dari satu bulan setelah Presiden AS Donald Trump mengumumkan keputusannya untuk mengakui Al-Quds sebagai Ibu kota Zionis “Israel”, yang menimbulkan kecaman luas dari seluruh dunia, khususnya negara-negara Arab dan Muslim.
Al-Quds agaknya akan tetap menjadi jantung konflik Timur Tengah, dimana orang-orang Palestina sendiri akan menjadikan Al-Quds (Yerusalem) Timur yang diduduki oleh “Israel” sejak 1967 sebagai ibu kota negara Palestina merdeka. (MNM/Salam-Online)
Sumber: Anadolu Agency