Warga Palestina Protes Patriark Ortodoks Yunani karena Jual Tanah Gereja ke Penjajah Zionis
AL-QUDS (SALAM-ONLINE): Protes meledak di Bethlehem pada Sabtu (6/1/18) saat warga Palestina bersatu melawan Patriark Ortodoks Yunani yang terungkap menjual tanah gereja kepada penjajah Zionis
Demonstran yang marah melemparkan telur dan menyerang konvoi Theophilos III saat menuju Bethlehem’s Manger Square di Tepi Barat yang diduduki.
Patriark mengunjungi Gereja Kelahiran Yesus untuk pelayanan yang menandai Malam Natal Ortodoks. Banyak orang Kristen Ortodoks merayakan kelahiran Yesus Kristus pada 7 Januari.
Patriark menjadi pusat kemarahan publik setelah laporan berita baru-baru ini menyebut pemimpin gereja tersebut terlibat dalam penjualan properti hunian ke luar negeri. Properti tersebut kemungkinan berada di tangan bisnis “Israel”.
Kelompok pemukim, Ateret Cohanim, telah bekerja selama puluhan tahun untuk mengusir orang-orang Palestina dari rumah dan toko mereka di kota tersebut, termasuk di sekitar tempat-tempat suci yang penting seperti komplek Masjid Al-Aqsha.
Dilansir dari Aljazeera, Ahad (7/1), perwakilan Gereja Ortodoks Yunani di Yerusalem menolak tuduhan yang dilaporkan tersebut.
“Kami tidak seperti yang mereka klaim, menjual tanah kami ke pendudukan ‘Israel’,” kata Pastur Issa Musleh.
“Itu adalah kesepakatan lama yang ingin diperbaiki oleh patriark dan klarifikasi, karena semua kesepakatan lama itu merugikan hak patriarkat dan kongregasinya.”
Dari Bethlehem, Aljazeera menggambarkan adegan unjuk rasa Sabtu kemarin sebagai “belum pernah terjadi sebelumnya” dan “dramatis”.
“Ada demonstrasi sebelumnya, tapi tidak pada tingkat ini. Ada telur yang dilemparkan ke konvoi. Orang-orang (demonstran) duduk di tengah jalan. Ini benar-benar menggarisbawahi betapa marahnya orang-orang Palestina tentang laporan ini,” lapor wartawan Aljazeera di Bethlehem, Mohammed Jamjoom
Gereja Ortodoks merupakan pemilik tanah terbesar kedua di Yerusalem Timur. Dan banyak orang Palestina menganggap penjualan tanah Yerusalem Timur kepada penjajah Zionis “Israel” akan membahayakan masa depan kota itu sebagai ibu kota negara Palestina di masa depan.
Penjualan tanah telah memicu sebuah kampanye yang lebih luas yang menuntut diakhirinya dominasi gereja oleh pendeta kelahiran Yunani.
Protes terakhir telah meminta ulama Palestina untuk mengambil alih patriarkat tersebut.
“Tuntutan kami jelas dan sederhana,” kata anggota Dewan Pusat Ortodoks, Aghlab Khoury kepada Aljazeera saat demonstrasi di Bethlehem.
“Kami ingin patriark mengundurkan diri, kami ingin mereformasi patriarkat, menetapkan komite hukum untuk mengevaluasi situasi di patriarkat, dan menilai properti yang ada,” tegasnya.
Protes tersebut terjadi satu bulan setelah Presiden AS Donald Trump secara resmi mengklaim Yerusalem sebagai ibu kota Zionis “Israel”.
Keputusan sepihak tersebut menyebabkan demonstrasi besar-besaran di wilayah Palestina yang diduduki. Unjuk rasa juga untuk mendukung Palestina pun meluas ke nagara-negara Arab dan dunia Islam bahkan Eropa dan Amerika sendiri.
Mayoritas anggota PBB juga menolak keputusan AS tersebut. Hasil resolusi Majelis Umum PBB pada 21 Desember 2017 lalu menyatakan bahwa Keputusan AS terkait Yerusalem “batal demi hukum”. (S)
Sumber: Aljazeera