SALAM-ONLINE: Krisis kemanusiaan di Suriah tak kunjung mereda. Hari-hari berganti semakin mempertontonkan kebiadaban rezim Basyar Asad dan sekutunya— Rusia serta Iran. Jutaan manusia telah mengungsi mencari zona aman.
Jutaan warga sipil yang mayoritas kaum Muslimin harus merasakan perih luka dan bahkan mengalami cacat tubuh permanen akibat serangan brutal yang dilancarkan oleh tentara rezim dan koalisinya. Sekitar setengah juta jiwa telah melayang selama kurun waktu tujuh tahun masa pergolakan.
Belum berlalu tiga pekan dari aksi bombardir pasukan rezim Asad dan Rusia serta milisi-milisi Syiah dukungan Iran di wilayah Idlib awal bulan ini. Kini wilayah Ghouta Timur menjadi pelampiasan kezaliman dan kebrutalan mereka. Belum mereda luka dan kesedihan warga di pinggiran Aleppo, kini kebiadaban menyasar kota-kota dan pedesaan Ghouta.
Serangan yang dilancarkan sejak Senin hingga Rabu, 19-21 Februari 2018, sudah menelan korban ratusan jiwa. Pada Rabu (21/2) saja lebih dari 183 jiwa menjadi korban keganasan serangan rezim dan Rusia serta milisi dukungan Iran, termasuk di dalamnya wanita dan anak-anak. Serangan brutal pasukan rezim Asad yang dibantu Rusia dan milisi yang didukung Iran langsung menyasar kawasan warga sipil.
Rumah sakit darurat yang berada di wilayah Ghouta juga tak luput dari badai serangan militer tak berperikemanusiaan tersebut. Seperti diberitakan oleh sebagian media, korban luka-luka mencapai 1.550 orang.
Tindakan blokade dan isolasi yang diterapkan oleh rezim Asad terhadap wilayah Ghouta sejak 2013, membuat distrik ini sekarang kian “mengerikan” sehingga PBB menggambarkannya seperti “neraka dunia”. Kelaparan dan kekurangan air bersih menjadi pemandangan setiap harinya. Tentu saja, hal ini memperparah kondisi warga sipil.
Hingga hari ini, beberapa lembaga kemanusiaan swasta dari berbagai negara mencoba untuk tetap memberikan bantuan kemanusiaan. Namun beberapa kali, aksi-aksi kemanusiaan mereka pun juga disasar oleh serangan-serangan brutal dari rezim.
Sementara itu, masyarakat internasional tidak banyak memberikan respons dan tindakan nyata dalam penghentian pembantaian massal yang terjadi di Suriah pada umumnya dan Ghouta pada khususnya. Pertemuan dan pembicaraan tingkat internasional pun selalu berujung pada kebuntuan. Dari pertemuan Jenewa di Swiss, Astana hingga Dewan Keamanan PBB, tidak bisa menghentikan kebiadaban dan kebrutalan rezim Asad dan pasukan koalisinya.
Ghouta hari ini seperti diberitakan oleh sebagian media online menjadi ladang pembantaian yang brutal. Hingga setiap warga sipil merasa detik-detik kehidupannya seperti antrean menunggu kematian yang tragis. Mulai dari rudal-rudal yang dimuntahkan dari pesawat tempur hingga senjata artileri berat yang ditembakkan dari moncong-moncong tank dan pelempar roket yang siap melumat habis daratan Ghouta.
Dari kejadian ini, sebuah pesan penting yang harus ditangkap oleh setiap kaum Muslimin di seluruh dunia bahwa urusan umat Islam tidak bisa diselesaikan dengan berpangku tangan kepada lembaga internasional dunia seperti PBB, Amerika Serikat, Rusia dan lainnya. Justru yang terjadi telah nampak dukungan mereka kepada rezim brutal tersebut.
Saatnya umat Islam bangkit dengan menyelesaikan urusannya di atas petunjuk Al-Qur’an dan Sunnah. Menggelorakan semangat jihad fi sabilillah dalam setiap gerak langkah demi terjaganya kehormatan kaum Muslimin dan perdamaian dunia di bawah naungan syariat Islam.
Hari ini semakin menunjukkan kebutuhan wajibnya umat Islam bersatu dan mendesaknya menyatukan seluruh kaum Muslimin dari segala penjuru dunia di bawah panji Kalimat Tauhid, karena membantu saudara kaum Muslimin yang tertindas tidak bisa dengan koridor sebatas nasionalisme. Umat Islam harus bergerak secara sistematis dan strategis. Mulai dari doa-doa qunut, bantuan kemanusiaan, dukungan jihad fii sabilillah, berbagi informasi tentang kondisi Suriah melalui media sosial, hingga desakan-desakan politis di skala lokal sampai internasional.
Saat ini, Ghouta sedang sekarat. Warga sipil di sana telah menjerit dan meminta tolong. Kita semua tahu, sebagian besar dan atau bahkan seluruhnya yang menjadi korban keganasan dan kebrutalan ini adalah umat Islam. Maka sudah menjadi kewajiban bagi kaum Muslimin di belahan bumi lain termasuk Indonesia untuk membantu dan menolong mereka dengan segenap kemampuan yang dimiliki, sebagaimana firman Allah ta’ala: “…dan jika mereka memina pertolongan kepada kalian dalam urusan agama maka wajib atas kalian menolong …,” (QS Al Anfal: 72).
Semoga Allah Ta’ala menolong saudara-saudara kita kaum Muslimin yang tertindas di Ghouta khususnya dan belahan bumi lainnya. Kita juga memohon kepada Allah Robbul ‘Izzah agar memberikan kepada kita kekuatan untuk bisa menolong mereka. Allahumma Aamiin.
Abu Harits, Lc (Relawan Kemanusiaan)