Gambar Citra Satelit Tunjukkan Bukti Kehancuran Ghouta Timur dalam Skala Besar
SALAM-ONLINE: Aljazeera telah memperoleh gambar citra satelit dari daerah-daerah di dalam Ghouta Timur, yang menunjukkan penghancuran yang terus dilakukan oleh gempuran rezim Basyar Asad dan Rusia.
Daerah pinggiran Damaskus itu jadi sasaran serangan tanpa henti sejak rezim Suriah, dibantu Rusia, melancarkan serangan udara di Distrik Ghouta Timur, pinggiran ibu kota Damaskus sejak 18 Februari lalu.
Gambar komparatif yang diberikan kepada Aljazeera oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) itu, diambil pada 23 Februari dan 2 Maret 2018. Gambar itu menunjukkan kerusakan yang terjadi pada bangunan, infrastruktur dan daerah pertanian.
“Gambar menunjukkan bahwa telah terjadi peningkatan serangan dan pengeboman berat di Ghouta,” kata Einar Bjorgo, dari Program Satelit Operasional PBB, kepada Aljazeera, Sabtu (3/3/2018).
Menurut Bjorgo, kualitas gambarnya cukup tinggi untuk membedakan antara benda berdiameter 50 cm, yang memungkinkan analis menemukan bekas kerusakan kecil sekalipun.
“Kami melihat daerah-daerah tertentu yang mengalami kerusakan parah dibandingkan minggu lalu,” terang Bjorgo.
Ghouta Timur, yang dihuni sekitar 400.000 penduduk, telah dikepung oleh pasukan rezim Asad sejak kelompok oposisi menguasai wilayah tersebut pada pertengahan 2013.
Rusia dan rezim Suriah berdalih dengan mengatakan bahwa mereka di Ghouta Timur menargetkan kelompok bersenjata, yang mereka sebut sebagai “teroris”. Namun kenyataannya rezim, Rusia dan mulisi-milisi Syiah dukungan Iran itu justru menyasar kawasan dan permukiman warga sipil.
Sejak serangan rezim dimulai 18 Februari lalu, setidaknya 674 warga sipil terbunuh, demikian diungkapkan kelompok relawan Suriah, White Helmets, pada Jumat (2/3).
Serangan udara itu menimbulkan kecaman internasional. Sementara resolusi gencatan senjata 30 hari yang dikeluarkan DK PBB pada Sabtu (24/2) lalu gagal dilakukan, karena serangan udara yang dilancarkan rezim dan Rusia terus berlanjut tanpa henti.
Dan, pada 26 Februari, Rusia mengatakan akan menerapkan gencatan senjata lima jam setiap hari. Koridor evakuasi juga diberlakukan dalam waktu lima jam setiap hari itu sehingga memungkinkan 400.000 penduduk di wilayah itu terhindar dari serangan bom. Namun warga mengatakan bahwa gencatan senjata maupun koridor untuk memberikan kesempatan evakuasi itu pun tidak dilaksanakan.
Karena pengepungan tersebut, bantuan kemanusiaan sangat sedikit masuk ke Ghouta Timur. Akses terhadap persediaan dasar seperti makanan dan obat-obatan sangat terbatas.
Menurut PBB, hampir 12 persen anak balita di Ghouta Timur menderita malnutrisi akut.
Ini adalah angka tertinggi yang pernah tercatat sejak dimulainya perang di Suriah, yang telah membunuh hampir setengah juta orang. (S)