JAKARTA (SALAM-ONLINE): Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) KH Zainut Tauhid Sa’adi mengimbau jamaah umrah Indonesia untuk khusyu’ saat menjalankan ibadah umrah di Tanah Suci, terutama Sa’i.
Jika Arab Saudi memberikan teguran kepada Dubes Indonesia tekait dengan pelaksanaan ibadah umrah, kata Zainut, itu lantaran otoritas negara tersebut semata hendak melaksanakan tanggung jawabnya melindungi dan melayani jamaah umrah lainnya.
Sebelumnya, viral rekaman video sa’i anggota Banser NU saat ibadah umrah di Makkah, Saudi. Jamaah menggemakan lagu mars NU saat sa’i dengan lantang. Oleh karenanya, pihak Saudi menyampaikan tegurannya melalui Dubes Indonesia untuk Saudi, Agus Maftuh Abegebriel.
“Jadi larangan itu harus dihormati dan dipatuhi oleh seluruh jamaah umrah dari mana pun. Bisa dibayangkan jika tidak ada larangan, nanti semua jamaah umrah atau haji dari semua negara akan mengikuti jamaah umrah dari Indonesia, yaitu sa’i sambil menyanyikan lagu nasionalismenya masing-masing atas nama cinta terhadap tanah air,” ujarnya di Jakarta, Rabu (28/2/2018).
Zainut mengatakan, sangat sisunnahkan kepada jamaah dalam melaksanakan setiap rukun umrah, misalnya thawaf dan sa’i itu harus dengan khusyu’, rendah hati dan ikhlas hanya mengharap ridha Allah SWT, bukan untuk kepentingan lainnya.
Sa’i merupakan rangkaian ibadah haji atau umrah, berupa lari-lari kecil di antara kawasan Safa dan Marwah. Sa’i dilaksanakan secara tenang, tanpa banyak suara.
Sebaiknya, katanya, jamaah umrah atau haji dalam menunaikan manasik, baik thawaf maupun sa’i itu diisi dengan banyak berdzikir, berdoa, istighfar dan melafalkan kalimat ‘thoyyibah’. Hal-hal tersebut, ujarnya, disunnahkan atau dianjurkan dalam syariat, baik lantunan dzikir dalam yang sudah tersurat dalam Al-Qur’an dan Al-Hadits maupun doa yang disunnahkan lainnya.
Dia mengatakan MUI berharap agar apa yang sudah terjadi terhadap jamaah Indonesia dalam sa’i itu menjadi pengalaman yang baik dan pelajaran berharga.
“Terkadang sesuatu yang baik menurut kita itu belum tentu tepat dilaksanakan pada tempat yang berbeda. Apalagi hal ini menyangkut masalah ibadah kepada Allah SWT sehingga dibutuhkan kehati-hatian agar ibadah kita menjadi sempurna,” terangnya. (*)
Sumber: Antara