Hadapi Demonstran, Zionis Gunakan Senjata Baru Mematikan: Peluru Meledak di Dalam Tubuh
GAZA (SALAM-ONLINE): Militer penjajah Zionis diberitakan menggunakan senjata baru, termasuk peluru ledak dan gas misterius, saat menghadapi demonstran Palestina di perbatasan timur Jalur Gaza.
Kantor berita Anadolu Agency dalam laporannya, Kamis (19/4/2018), mengutip sumber-sumber medis setempat terkait luka-luka yang dialami para demonstran Palestina di Gaza mengungkapkan, pengunjuk rasa mendapatkan tembakan peluru yang menghancurkan tulang. Mematikan. Tentara penjajah pun menggunakan gas misterius, senjata baru yang juga mematikan.
Dr Ashraf al-Qidra, juru bicara Kementerian Kesehatan Gaza, menegaskan bahwa pasukan penjajah “Israel” menggunakan senjata amunisi baru mematikan yang menyebabkan kerusakan besar pada tubuh.
“Peluru yang kita lihat sekarang adalah senjata paling mematikan yang digunakan oleh tentara ‘Israel’,” ungkap al-Qidra kepada Anadolu Agency.
“Amunisi ini dapat menyebabkan kerusakan besar pada tubuh korban, yang sering mengakibatkan kematian.”
Ledakan peluru
“Peluru-peluru yang belum diidentifikasi oleh petugas medis kami ini, dapat mempengaruhi tulang, otot, arteri dan organ lain,” terang al-Qidra.
Korban dari mereka yang terkena jenis peluru ini, jelasnya, benar-benar melumpuhkan. Dan jika korbannya bertahan hidup biasanya membutuhkan operasi ekstensif.
“Peluru menembus tubuh dan meledak di dalam, merusak beberapa organ, bukan hanya menyasar area yang ditargetkan,” kata al-Qidra.
“Amunisi seperti itu dilarang secara internasional, tetapi ‘Israel’ terus menggunakannya terhadap para demonstran yang berunjuk rasa dengan damai,” tambahnya.
Fahad Zuhd (28), berada di rumah sakit selama dua pekan terakhir setelah ditembak di kaki saat mengambil bagian dalam aksi damai di perbatasan Gaza yang sedang berlangsung.
Ketika dia ditembak, Zuhd mengungkapkan lututnya meledak. Dia kehilangan 8,5 cm tulang saat pembuluh darah dan arteri di kakinya pecah.
“Ketika saya tiba di rumah sakit, saya hanya memiliki tiga setengah unit darah karena pendarahan yang parah,” ujar Zuhd kepada Anadolu Agency.
Zuhd telah menjalani beberapa operasi yang bertujuan untuk menggantikan tulang yang dihancurkan oleh peluru ledak tersebut.
Korban lain dari peluru baru yang mematikan ini adalah wartawan Palestina Yasser Murtaja. Dia meliput demonstrasi pada Jumat 6 April lalu. Yasser ditembak di bagian perut oleh seorang sniper “Israel”.
Murtaja meninggal tak lama kemudian ketika peluru itu meledak di perutnya, menghancurkan limpa, usus besar dan hatinya.
Gas Misteri
Al-Qidra juga mencatat senjata baru mematikan kedua yang sekarang digunakan oleh tentara “Israel”: gas misterius. Gas misterius ini menyebabkan ratusan pengunjuk rasa menderita asfiksia sementara dan menunjukkan gejala-gejala yang tidak biasa lainnya.
“Kami masih belum memahami sifat tepatnya gas ini,” katanya. “Yang kami tahu adalah itu menyebabkan kejang yang hebat, muntah, batuk dan detak jantung yang cepat,” ujar al-Qidra.
Dia mengatakan, puluhan orang yang terpapar gas ini kembali lagi ke rumah sakit setelah mengalami deteriorasi kesehatan yang cepat.
“Itu jauh lebih berbahaya daripada gas air mata; dan menyebabkan gejala yang tidak pernah dilihat sebelumnya dan mungkin mengarah pada komplikasi kesehatan di masa depan,” al-Qidra menjelaskan.
Saat mengambil bagian dalam demonstrasi di perbatasan Gaza dua pekan lalu, Ali Sharif (31), menderita asfiksia sementara akibat terhirup gas ketika kakinya kena tembak. Sejak itu, dia menerima perawatan di Komplek Medis Shifa Gaza City.
“Setelah mereka menembakkan bom gas ke arah kami, saya lumpuh dan sulit bernapas. Mataku terbakar,” kata Sharif.
Sementara itu aktivis kemanusiaan telah memposting rekaman online yang menunjukkan demonstran muda mengalami kejang parah setelah terkena gas tersebut.
Sejak demonstrasi di perbatasan dimulai hampir tiga pekan lalu, setidaknya 35 warga Palestina gugur, sementara ratusan lainnya terluka, oleh tembakan tentara penjajah.
Menurut al-Qidra, sebagian besar kematian ini disebabkan oleh ledakan peluru.
Unjuk rasa itu merupakan bagian dari demonstrasi enam pekan yang akan mencapai puncaknya pada 15 Mei mendatang. Hari itu akan menandai peringatan Nakba (Hari Bencana).
Disebut Nakba, karena Zionis Yahudi pada hari itu, 15 Mei 1948, mendirikan secara ilegal “Negara Israel” dengan cara merampas tanah-tanah milik wagra Palestina dan merebut wilayah-wilayah Palestina, menyebabkan lebih dari 750.000 warga Palestina terusir dan mengungsi.
Saat ini para demonstran menuntut agar para pengungsi Palestina dan keturunan mereka yang terusir diberikan “hak untuk kembali” ke rumah mereka di Palestina yang bersejarah. Rumah dan tanah mereka yang dirampas pada 1948, yang membuka jalan bagi terbentuknya “negara Israel” secara tidak sah. Pada hakikatnya bukan “Israel” sebagai “negara”, melainkan Penjajah! (S)
Sumber: Anadolu Agency