Aksi Damai Warga Palestina di Gaza Memasuki Jumat ke-19
GAZA (SALAM-ONLINE): Demonstrasi damai pada hari Jumat yang dilakukan warga Palestina di Gaza masih berlanjut. Jumat (3/8/2018) kemarin aksi damai tersebut merupakan Jumat ke-19.
Selama lebih dari empat bulan, warga Palestina di Jalur Gaza telah melakukan unjuk rasa di sepanjang pagar perbatasan Jalur Gaza. Mereka menuntut hak mereka untuk kembali ke rumah dan tanah keluarga mereka yang diusir sejak 70 tahun lebih yang lalu.
Aksi Besar yang dinamai Great March of Return itu memuncak pada 15 Mei 2018 untuk menandai apa yang disebut sebagai Nakba atau Bencana—pengusiran atau penghilangan paksa lebih 750.000 warga Palestina dari rumah dan desa mereka. Pengusiran yang dilakukan oleh Zionis Yahudi itu untuk membuka jalan bagi pembentukan negara ilegal bernama “Israel” pada 1948.
Sejak aksi protes dimulai pada 30 Maret lalu hingga saat ini, pasukan Zionis telah membunuh sedikitnya 153 orang Palestina di daerah kantong yang terkepung itu dan melukai lebih dari 16.000 orang, demikian menurut pejabat kementerian kesehatan di Gaza.
Kabar terbaru, pada Jumat (3/8) kemarin seorang warga Palestina di Gaza yang berdemonstrasi telah ditembak mati oleh sniper tentara penjajah.
Seorang pria Palestina ditembak mati oleh tentara penjajah dan sedikitnya 220 lainnya terluka selama protes berlangsung di dekat pagar perbatasan di Jalur Gaza, kata pejabat kementerian kesehatan Palestina.
Ahmed Yaghi (25), gugur akibat tembakan seorang sniper penjajah di timur kota Gaza, juru bicara kementerian kesehatan Palestina, Ashraf Al-Qidra, mengatakan Jumat (3/8). “Dari 220 yang cedera, 90 orang di antaranya mengalami luka bakar,” kata Al-Qidra.
Beberapa pemimpin Hamas di pengasingan telah memasuki Gaza untuk membahas kesepakatan gencatan senjata yang ditengahi oleh Mesir dan PBB.
Pemimpin Hamas terkemuka Saleh al-Arouri, yang ditarget oleh penjajah Zionis, kembali dari Lebanon untuk pertama kalinya sejak 2010 untuk menghadiri pembicaraan yang dijadwalkan Jumat.
Al-Arouri melintasi perbatasan Mesir menuju Gaza pada Kamis (2/8), setelah Mesir dan PBB menjamin keselamatannya, dengan delapan pemimpin Hamas lainnya yang berbasis di luar Jalur Gaza yang terkepung.
Perdana Menteri penjajah Benjamin Netanyahu juga menunda kunjungan ke Kolombia dan mengadakan rapat kabinet khusus pada hari Minggu untuk memantau perkembangan.
“Kami melihat upaya-upaya intensif ini dan ada sorotan internasional mengenai situasi itu karena kehidupan orang-orang di sini semakin sulit selama bertahun-tahun di bawah pengepungan oleh ‘Israel’, blokade Mesir dan juga sanksi dari Otoritas Palestina,” kata jurnalis Aljazeera, Stefanie Dekker, melaporkan dari Gaza. (S)
Sumber: Aljazeera