BANDUNG (SALAM-ONLINE): Tidak bisa dipungkiri, selain terkenal dengan kreativitas anak
mudanya, musik, pakaian dan mode, Kota Bandung juga terkenal dengan
gangster dan klub motornya yang kerap membuat keributan di jalanan.
Tak jarang juga terjadi perkelahian di antara gangster di Kota Kembang tersebut higga menimbulkan korban. Permusuhan antar gangster seperti
sudah mendarah daging yang benang kusutnya sulit diurai.
Sebut misalnya yag terjadi pada geng motor yang cukup terkenal dan besar di Kota Bandung: XTC, GBR, Brigez dan Moonraker. Entah bagaimana awalnya, keempat geng motor tersebut saling bermusuhan satu dengan yang lainnya.
Namun, saat ini semuanya telah berubah. Keempat pimpinan geng tersebut mendeklarasikan perdamaian, bahkan mereka dan banyak anggotanya telah melakukan transformasi hidup.
Transformasi hidup yang mereka lakukan bukanlah mengubah hobi sehingga meninggalkan dunia motor dan jalanan. Justru perubahan mereka terjadi dalam masalah cara pandang dan gaya hidup.
Ya, mereka telah berhijrah. Kehidupan mereka yang awalnya jauh dari
nilai-nilai positif, kini justru lebih dekat dengan Islam dan
selalu melakuan berbagai aksi kebaikan.
Istilah “Dulu di jalanan, sekarang di pengajian, dulu tawuran sekarang
kajian, dulu malak sekarang infaq, dulu ekstasi sekarang prestasi, dulu
narkoba sekarang berkarya, dulu di penjara sekarang di musholla, dulu perusak
sekarang penggerak” pun menjadi ciri khas dari kisah hijrah mereka.
Hal itulah yang membuat seorang penulis dan juga anggota
Jurnalis Islam Bersatu (JITU), Hilman Indrawan, tertarik menulis buku berjudul Move
On yang mengangkat kisah-kisah hijrah anak-anak gangster Bandung.
Bukah hanya itu, dalam bukunya, Hilman juga menulis kisah hijrah mereka yang berlatar belakang musisi dan atlet. Setidaknya, ada 20 kisah dia
abadikan di dalam buku tersebut.
“Digambarkan dari kisah ini, berkisah dulu dan sekarang, makanya ada kata
Move On yang artinya mereka harus move on dari masa lalu,” ungkap Hilman kepada INA News Agency (INA)—kantor berita yang diinisiasi Jurnalis Islam Bersatu/JITU, Sabtu (10/11/2018).Buku Move On ditulis, menurut Hilman, juga karena dia merasa resah atas sikap anak-anak sekolah yang menjadi anggota geng motor, namun tidak mengikuti jejak para seniornya yang telah berhijrah.
Bahkan, kata Hilman, masih banyak dari kalangan remaja yang belum tahu
bahwa para senior mereka di geng motor atau di dunia gangster telah
berhijrah dan meninggalkan dunia gelap.
Oleh karenanya, kata Hilman, kerusuhan dan tawuran masih kerap dibuat di Bandung oleh para anggota geng motor yang para seniornya sendiri telah berhijrah, meskipun skalanya tidak sebegitu besar seperti dulu.
“Mereka gak tahu para seniornya telah berubah, bahwa group motor ini sudah
membaik. Maka saya ingin mempublikasikan kepada banyak orang, nih Brigez
sudah berubah,” terang Hilman.
Dia menuturkan bahwa fenomena dan gerakan hijrah di kalangan anak muda
kota Bandung sangat penting dipublikasikan. Apalagi gerakan itu telah mengubah geng jalanan menjadi komunitas dakwah.
“Maka ketika saya ketemu dengan temen-temen geng motor yang sudah
bertransformasi, mereka telah melakukan kebaikan, kebermanfaatan bagi masyarakat, maka saya tugasnya sebagai penulis, berjihad melalui tulisan. Saya hanya mempublikasikan kebaikan itu,” tutur Hilman.
Gerakan Hijrah juga telah membuat kondusif kota Bandung.
Bandung yang sebelumnya menjadi kota tdak aman dan menakutkan, ujar Hilman, saat ini menjadi lebih kondusif.
“Ketika muncul gerakan hijrah, maka Bandung menjadi berubah drastis.
Bandung yang dulunya ditakuti karena terkenal dengan geng motornya yang
beringas, dengan pembegalan, tawuran dan lain sebagainya,” ungkapnya.
Di Pameran Buku Juara Braga Bandung pada Jumat (9/11) malam itu itu juga telah diumumkan rencana peluncuran buku (Move On) tersebut pada Desember 2018 mendatang. (MNM/INA/JITU)