Demonstran di AS Desak Rezim Komunis Cina Bebaskan Muslim Uighur
WASHINGTON (SALAM-ONLINE): Ratusan demonstran menggelar unjuk rasa, Selasa (13/11/2018) di depan Gedung Capitol AS, Washington, DC, untuk membela dan peduli terhadap Muslim Uighur yang telah lama hidup menderita di bawah tekanan dan penindasan rezim komunis Cina. Para demonstran juga meminta dunia meningkatkan kesadaran tentang pendudukan/penjajahan di Turkestan Timur, tanah air Muslim Uighur.
Demonstran yang mengenakan pakaian penjara mirip dengan Muslim Uighur yang dipenjara oleh penguasa Cina, berunjuk rasa seraya meneriakkan, “Bebaskan saudara-saudara kami! Bebaskan saudara perempuan kami!”
Dari Gedung Capitol AS di Washington, orang banyak melambai-lambaikan bendera AS dan Turkestan Timur saat mereka menggelar unjuk rasa yang menyerukan “kebebasan dan kemerdekaan untuk Turkestan Timur”.
“Saya berasal dari Cina, tetapi nama negara saya adalah Turkestan Timur. Saya bukan orang Tionghoa, tetapi saya seorang Muslimah,” kata pengunjuk rasa, Mihirgul Tursun dalam aksi yang digelar di depan Gedung Capitol, Washington, DC, Selasa (13/11), Anadolu Agency (AA) melaporkan, Rabu (14/11).
Tursun mengatakan kepada kantor berita Anadolu bahwa dia dipenjara di Cina setelah kembali dari studinya di Mesir pada 2015.
Di bandara Cina, Tursun mengungkapkan, dia ditanya apa yang dia lakukan selama di Mesir, mengapa dia mengenakan jilbab dan apakah dia seorang Islamis.
“Turkestan Timur bukan bagian dari Cina. Cina menduduki negara kami, hanya karena kami Muslim dan shalat, dan karena kami mengatakan ‘Assalaamu’alaykum’,” ungkap Tursun.
“Mereka melarang kami pergi ke masjid, membaca Qur’an, mengenakan jilbab dan makan segala sesuatu yang halal,” terangnya.
“Negara kami (Turkistan Timur) sedang menghadapi banyak penindasan. Semoga umat Islam lainnya membantu kami dalam doa,” tambah Tursun.
Demonstrasi sebagian besar dilakukan orang-orang Uighur dan sejumlah Muslim Amerika yang juga ikut mendukung.
Tokoh Islam terkemuka dan kepala Lembaga Riset Islam ‘Yaqeen’, Omar Suleiman, mendesak dukungan untuk Muslim Uighur yang ditangkapi, dipenjara, disiksa dan dipaksa untuk berhenti dari melaksanakan ajaran Islam.
“Bagi mereka yang memiliki sanak saudara yang masih di sana (ditindas oleh rezim komunis Cina), ketahuilah bahwa saudara-saudara kalian di sini juga (berbuat) untuk kalian (insya Allah),” kata Suleiman di hadapan massa demonstran.
Suleiman memastikan bahwa setiap orang yang ada di deoan gedung ini, yang berbicara tentang kebebasan beragama, martabat dan keselamatan, tidak pernah berhenti dari mengabaikan dan peduli terhadap tujuan saudara-saudara Muslim Uighur.
“Mereka tahu bahwa pelarangan pelaksanaan syariat Islam terhadap kaum Uighur adalah pelanggaran terbesar kebebasan beragama di seluruh dunia.”
Banyak yang merujuk pada Daerah Otonomi Uighur Xinjiang-Cina—tempat bagi banyak etnis minoritas, termasuk orang-orang Turkic Uighur—sebagai Turkestan Timur.
Mereka percaya bahwa Uighur termasuk di antara sejumlah suku Turki yang mendiami wilayah tersebut, dan menganggapnya sebagai bagian dari Asia Tengah, bukan Cina. Itu lantaran wilayah kekuasaan Kekhalifahan Turki Utsmani menyebar, termasuk ke daerah yang oleh rezim Cina disebut sebagai Xinjiang. Padahal aslinya bernama Turkestan Timur. Cina datang menjajah, wilayah ini.
Uighurs, sebuah kelompok etnis Turki yang menghuni 45 persen dari populasi Xinjiang, menyatakan Cina menjalankan kebijakan represif yang melarang aktivitas keagamaan, bisnis dan budaya mereka. (mus)
Sumber: Anadolu Agency