Lima pendiri Partai Amanat Nasional (PAN) yang sudah tak pernah terdengar di partai tersebut tiba-tiba muncul. Mereka, berlima, yaitu Abdillah Toha, Goenawan Mohamad, Albert Hasibuan, Toeti Heraty dan Zumrotin, mendesak Amien Rais supaya mundur dari Ketua Dewan Kehormatan PAN. Wakil Ketua DPR merespons Surat Terbuka yang ditujukan kepada tokoh reformasi tersebut.
JAKARTA (SALAM-ONLINE): Lima pendiri Partai Amanat Nasional (PAN) mendesak agar Ketua Dewan Kehormatan Amien Rais mengundurkan diri. Desakan itu disampaikan melalui surat terbuka oleh Abdillah Toha, Albert Hasibuan, Goenawan Mohamad, Toeti Heraty dan Zumrotin.
Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah menanggapi tuntutan tersebut. Dia membela Amien Rais dan membongkar latar belakang para pendiri PAN yang sudah tak pernah aktif itu.
Menurutnya, ‘penyerang’ mantan ketua umum PP Muhammadiyah tersebut merupakan kelompok yang tidak ingin orang pintar memimpin negeri ini.
“Mereka punya maksud, ‘jangan sampai orang pintar yang tak bisa dipengaruhi memimpin negeri’. Itulah agenda laten kelompok ini,” ujar Fahri, seperti dikutip RMOL.co, Kamis (27/12/2018).
Dia kemudian bercerita tentang upaya kelompok tersebut menunggangi Amien Rais di masa reformasi. Kala itu, mereka bangga lantaran Amien enggan masuk dalam jajaran pemerintahan BJ Habibie.
Amien kala itu memilih berada di luar untuk menjadi lawan tanding pemerintah. Maksud Amien, sambungnya, bermaksud untuk menjaga demokrasi.
“Di sela Amien Rais saya mengerti kelompok-kelompok yang memang tidak punya modal sebesar beliau. Tapi mereka punya jaringan. Mereka ini anti Habibie tetapi mereka memerlukan Pak Amien untuk melawan Habibie. Mereka yang berbahagia karena Pak Amien tidak mau gabung,” jelasnya.
Setelah berhasil menggagalkan konsolidasi kelompok yang punya akar, kelompok ini putar haluan. Mereka mendukung Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang di periode pertama cukup akomodatif.
“Tapi, begitu beliau (SBY) mulai keras, serangan datang,” sambungnya.
Di Pilpres 2019, kata Fahri, musuh kelompok ini telah bergabung menjadi satu. Mereka di antaranya SBY, Amien Rais dan Prabowo Subianto, yang mewakili kelompok yang tidak saja mengerti persoalan, tetapi mengakar.
“Ini yang mereka takutkan. Karena mereka bisa kehilangan kendali kebijakan,” jelas Fahri.
“Kelompok ini gandrung mendukung orang lemah. Motifnya adalah mempengaruhi kebijakan dan mengambil bagian dalam kekuasaan. Banyak mau tanpa keringat itulah cara mereka. Manuver dan politik elite itu jalan mereka,” pungkasnya. (*)
Sumber: RMOL.co