Dunia Berbelasungkawa sekaligus Desak Investigasi atas Wafatnya Mursi
SALAM-ONLINE: Sejumlah pemimpin dunia dan komunitas internasional mengucapkan belasungkawa atas wafatnya Presiden Mesir pertama yang dipilih langsung oleh rakyat, Dr Muhammad Mursi.
Salah seorang pemimipin gerakan Islam al-Ikhwanul Muslimun itu wafat pada Senin (17/6), ketika tengah menghadapi proses persidangan yang banyak dinilai oleh dunia internasional sebagai upaya untuk membunuhnya secara perlahan.
Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan menjadi pemimpin negara pertama yang menyatakan ucapan belasungkawanya ke publik melalui siaran TV di Istanbul.
Dia bahkan menyebut Mursi sebagai “Syahid”—suatu gelar tertinggi bagi seorang Muslim yang wafat dalam membela Islam.
“Sejarah tidak akan melupakan (bagaimana) rezim tiran itu membuatnya meninggal dengan cara menjebloskannya ke penjara dan mengancamnya dengan ancaman eksekusi,” kata Erdogan.
“Semoga jiwa saudara kami, syuhada kami, Mursi, tenang di sisi Allah,” ucap presiden yang dikenal memiliki hubungan dekat dengan Mursi itu.
Pemimpin Qatar, Syaikh Tamin bin Hamad ats-Tsany juga menyampaikan rasa duka citanya kepada keluarga dan rakyat Mesir.
“Kami menerima kabar duka mengenai wafatnya Presiden Dr Muhammad Mursi secara tiba-tiba. Saya mengucapkan belasungkawa yang sedalam-dalamnya kepada keluarga yang ditinggalkan dan rakyat Mesir. Sesunggahnya kami milik Allah, dan kepada-Nyalah kami kembali,” tulis Syaikh Tamim melalui akun Twitter-nya.
Pelanggaran selama penahanan
Lembaga HAM dunia memaparkan berbagai pelanggaran HAM yang dilakukan Pemerintah Mesir terhadap Mursi.
Direktur Eksekutif Human Rights Watch Sarah Leah Whitson menyampaikan kepada al-Jazeera, peristiwa ini membuktikan kegagalan rezim kudeta Mesir dalam menyediakan pelayanan medis yang layak kepada Mursi selama dalam penahanan.
“Apa yang kami catat dalam beberapa tahun terakhir adalah suatu fakta bahwa kesehatannya (Mursi) berada dalam keadaan yang paling buruk. Setiap muncul ke persidangan, dia selalu meminta diberikan penanganan medis secara pribadi dan perawatan medis,” kata Whitson.
“Dia juga tidak memperoleh makanan dan obat-obatan yang layak. Padahal, Pemerintah Mesir mengetahui betul bagaimana kondisi kesehatannya yang memburuk. Berat badannya menurun drastis dan beberapa kali mengalami pingsan dalam persidangan,” papar Whitson memaparkan data-datanya mengenai kondisi kritis Mursi.
“Dia ditempatkan di ruang isolasi dimana tidak ada akses terhadap TV, email, atau komunikasi dengan teman dan keluarga,” lanjutnya.
Menurutnya, meski berbagai fakta pelanggaran ini telah diketahui publik, Whitson pesimis rezim berdarah Mesir mau menggelar investigasi independen lantaran kekhawatiran mereka akan menjadi pihak yang makin nampak bersalah atas wafatnya Mursi.
Amnesty International melalui akun resminya juga menyatakan hal senada namun mendesak rezim yang mengkudeta Mursi secara tidak sah itu segera membentuk tim investigasi yang transparan terkait pelanggaran-pelanggaran yang terjadi.
Kelompok perlawanan Islam, Hamas, dalam pernyataannya menyebut Mursi sebagai tokoh pemimpin Islam yang menjadi teman dekat bagi perjuangan rakyat Palestina di Perbatasan Gaza.
Mereka memuji perjuangan panjangnya terhadap bangsa Mesir dan terlebih lagi dukungannya terhadap Palestina.
Kelompok Islam di Pakistan Jamaat-e-Islami menyatakan, “Dunia Muslim telah kehilangan pahlawan yang sesungguhnya.”
“Mursi tetap berdiri tegak, meski dihadapkan oleh berbagai tekanan dan paksaan agar dirinya berhenti memperjuangkan hak-hak mendasar rakyat Mesir dan dukungannya atas Palestina,” tutur pimpinan kelompok itu, Siraj-ul-Haq.
Dia juga mengatakan bahwa kelompoknya akan menggelar shalat ghaib di Pakistan. Di media sosial juga telah beredar foto-foto yang menunjukkan didirikannya shalat ghaib di Masjidil Aqsha, Palestina. (sf/salam)