Meninggal, Diktator Mesir Ini Wariskan Korupsi, Impunitas & Kebrutalan
SALAM-ONLINE: Sebelum Musim Semi Arab, sejumlah artikel beredar menunjukkan para jenderal tidak senang dengan fakta bahwa Husni Mubarak sedang mempersiapkan putranya, Gamal, untuk menggantikannya sebagai Presiden Mesir yang baru.
Mubarak memiliki karir di angkatan udara Mesir, Gamal bukan orang militer. Sebagai orang luar, tidak dapat dijamin bahwa ia akan melindungi monopoli tentara atas ekonomi, pendapatan yang diperolehnya dari restoran, klub, pabrik, dan hotel yang mereka miliki, atau 40 persen dari ekonomi seperti yang telah diperkirakan.
Gamal telah dikaitkan dengan serangkaian reformasi privatisasi neoliberal, tidak populer dengan banyak orang Mesir yang merasa dia melambangkan elite bisnis yang korup, kesenjangan antara kaya dan miskin dan kelanjutan nepotisme yang merugikan demokrasi.
Pada Januari 2011, ratusan dan ribuan demonstran turun ke jalan untuk menuntut agar keluarga Mubarak melepaskan kekuasaan. Pada 11 Februari 2011, setelah perlawanan 18 hari, Mubarak akhirnya mundur dan diadili. Salah satu tuduhan terhadapnya adalah karena menyebabkan kematian 239 demonstran.
Ketika mantan Presiden Mubarak dan putra-putranya memandang keluar dari balik sangkar di ruang sidang Mesir, dituduh atas tuduhan lain mengalihkan dana publik dan menggunakan uang untuk meningkatkan properti mereka sendiri, itu adalah penghinaan terhadap banyak orang yang mungkin tidak akan pernah terpikir akan hal itu saat sang diktator berkuasa selama 30 tahun.
Dia adalah orang yang menerapkan hukum perang di seluruh negeri, yang memberi pasukan keamanan perlindungan untuk menahan anggota oposisi tanpa surat perintah, mengadili mereka di pengadilan militer, dan melakukan kontrol atas pers. Mubarak adalah sekutu dekat Zionis dan mempertahankan perjanjian damai negara itu dengan sang penjajah tanah Palestina tersebut.
Lalu ada korupsi dan perampokan terhadap uang negara. Pada saat Musim Semi Arab, beberapa surat kabar memperkirakan bahwa kekayaan Mubarak bernilai sekitar $ 70 miliar. Dua bulan kemudian, Washington Post mengungkap bahwa jumlah aset yang dirampok oleh keluarga Mubarak lebih dari $ 700 miliar. Mereka telah menyembunyikan kekayaan hasil rampokan dan korupsi ke berbagai negara di dunia.
Pada saat itu, seperempat penduduk Mesir hidup di bawah garis kemiskinan. Sementara sekolah, jalan, rumah sakit dan layanan publik makin memburuk.
Terlepas dari kenyataan bahwa Mubarak dijatuhi hukuman penjara seumur hidup pada 2012, namun ia menghabiskan sebagian besar waktunya di rumah sakit militer. Di saat yang sama, para aktivis dan oposisi yang ditahan berada di dalam sel-sel yang penuh sesak dengan tikus. Mereka berada dalam sel yang disertai penyiksaan.
Laporan mengungkapkan bahwa di Rumah Sakit Militer Al-Maadi, mantan presiden itu menikmati kiriman bunga, surat kabar, dan take-away secara teratur, kunjungan keluarga dan pemandangan Sungai Nil. Dia akhirnya keluar pada 2017 setelah pengadilan banding tertinggi Mesir membebaskannya dari dakwaan pembunuhan terhadap pengunjuk rasa.
Impunitas (melakukan kejahatan tanpa hukuman) kroni era Mubarak telah berlanjut sejak saat itu. Pada November 2014, Pengadilan Kriminal Kairo juga membebaskan mantan menteri dalam negerinya, Habib Al-Adly dan enam pejabat kementerian dalam negeri lainnya. Sementara taipan bisnis Hussein Salem, yang didenda $ 4 miliar atas pencucian uang pada 2011, melakukan rekonsiliasi dengan rezim Al-Sisi dengan kompensasi setengah juta dolar AS.
Tiga hari sebelum Mubarak meninggal (Selasa, 25 Februari 2020), putra-putranya dibebaskan dari perdagangan saham gelap terkait penjualan bank. Semua ini berada di bawah kendali rezim kudeta yang dipimpin diktator baru, bernama Abdel Fattah Al-Sisi, yang telah memenjarakan 60.000 tahanan politik dan menyiksa ratusan aktivis sampai menemui ajalnya.
Ini hanya membuktikan bahwa bahkan setelah kematiannya, Mubarak mewariskan korupsi, impunitas dan kebrutalan—yang diteruskan oleh penggantinya, Jenderal Abdel Fattah Al-Sisi (yang mengkudeta Mohammad Mursi, Presiden yang terpilih secara sah dan demokratis dalam sejarah Mesir).
Sumber: Middle East Monitor (MEMO)