Umat Islam Dibantai Teroris, Muslim Solo Desak Dubes India Dideportasi
SALAM-ONLINE: Sebagai bentuk kepedulian terhadap kondisi Saudara sesama Mu’min di India yang dibantai oleh teroris Hindu sehingga lebih 40 Muslim di negara itu meregang nyawa, Masyarakat Pecinta Bendera Tauhid (Martabat) Kota Surakarta menggelar Aksi Solidaritas bersama Asatidzah Solo Raya.
Acara dengan tema ‘Aksi Solidaritas untuk Saudara Muslim India’ itu digelar pada Jumat (6/3/20) dimulai pada pukul 13.00 WIB, di Bundaran Gladak Solo. Aksi diawali dengan Pawai Bendera Tauhid pada pukul 12.45 WIB, start dari Stadion Sriwedari menuju Jalan Slamet Riyadi dan finish di Bundaran Gladak.
Hadir sebagai pembicara: Ustadz Aris Munandar, Ustadz Muinuddinillah Basri, Ustadz Izzul Mujahid, Ustadz Nanang BMK, Ustadz Firdaus, Ustadz Sigid dan Ustadz Yusuf.
Acara yang dipandu Ustadz Dimas itu mengeluarkan Pernyataan Sikap Masyarakat Pecinta Bendera Tauhid (Martabat) terkait Pembantaian terhadap Muslim India yang dilakukan oleh kelompok radikal, ekstremis dan teroris Hindu.
Dalam Pernyataan Sikapnya, Martabat menegaskan, kekerasa terhadap kemanusiaan oleh siapa pun, terhadap siapapun di dunia ini adalah perbuatan yang tidak bisa dibenarkan oleh agama apapun ataupun hukum internasional_
“Fakta kekerasan di India terhadap Muslimin menunjukkan kegagalan dari pemerintah India dalam menjaga ketertiban umum dan Hak Asasi Manusia (HAM),” tegas pernyataan itu.
Semestinya, lanjut Martabat, pemerintah India melakukan langkah-langkah preventif, penegakan hukum dan tidak diskriminatif.
Untuk itu, Martabat meminta pemerintah Indonesia agar mengambil peran dalam konteks hubungan bilateral dengan India ataupun hubungan internasional dengan PBB.
“Indonesia bisa mengambil langkah-langkah persuasif, diplomatik atas nama menjaga perdamaian dunia dan HAM Internasional,” pinta Martabat.
“Selaku negara dengan mayoritas penduduk Muslim, Presiden Joko Widodo harus bisa mengambil peran positif dalam dinamika internasional terkait intoleransi dan radikalisme,” lanjut pernyataan tersebut.
Martabat pun menuntut pembatalan UU Kewarganegaraan di India yang Diskriminatif Anti Islam, pangkal dari dibantai dan diperlakukannya umat Islam di India bak binatang.
“Oleh karenanya, Martabat mendesak Joko Widodo untuk mendeportasi Dubes India di Indonesia dan memutuskan hubungan diplomatik dengan negara India,” tegas pernyataan sikap dalam Aksi Solidaritas untuk Muslim India tersebut.
Martabat juga mendesak kepada negara dan Pemimpin Muslim serta lembaga kemanusiaan untuk memberikan dukungan terhadap Muslim India, demikian rilis yang disampaikan Humas Martabat, Endro Sudarsono, Jumat (6/3).
Pembantaian terhadap Muslim India oleh teroris Hindu di negara itu dipicu dari aksi protes kaum Muslimin terhadap UU yang anti Islam. Protes ini sebenarnya sudah terjadi selama dua bulan terakhir. Pasalnya UU ini dianggap mendiskriminasikan Muslim India.
UU ini memudahkan jalur bagi warga non Muslim dari tiga negara tetangga yakni Bangladesh, Pakistan dan Afganistan, untuk mendapatkan kewarganegaraan di India. Namun hal serupa justru tidak didapat kelompok Muslim.
Sejak pekan terakhir Februari lalu, unjuk rasa meluas dan menjadi kerusuhan dua kelompok yakni Hindu dan Muslim. Bahkan bukan hanya batu, massa Hindu membawa pedang dan sejumlah senjata lain.
Kelompok Hindu merupakan pendukung Perdana Menteri India Narendra Modi. Ia berasal dari partai nasionalis Hindu, Bharatiya Janata.
Menurut keterangan saksi, ada sekitar 100 gerobak dan 11 traktor yang dibakar massa Hindu, Selain itu, satu bus sekolah yang diparkir di tempat itu rusak parah. Para pelaku penyerangan lebih dulu menjarah barang apa pun yang mereka suka sebelum membakarnya.
Di Yamuna Vihar, rumah dan toko milik Muslim dijarah dan dibakar. Begitu pula, sejumlah Masjid tak luput dari sasaran, juga dibakar. Dekat lokasi tersebut terdapat SPBU yang dibakar, menyebabkan sekitar 30 kendaraan ludes.
“Di Bhajanpura, kami mendapati toko-toko milik Muslim, termasuk kantor biro perjalanan dan showroom sepeda motor dijarah dan dibakar, sementara toko-toko milik Hindu dibiarkan tidak tersentuh,” kata saksi.
Komisi Minoritas Delhi juga mengungkap masifnya kerusakan di daerah lain di Ibu Kota India tersebut, termasuk pengepungan terhadap sekitar 100 Muslim semalaman pada 23 Februari. Mereka akhirnya dibebaskan oleh polisi pada 25 Februari.
Serangan juga terjadi di Masjid Fatima di Khajuri Khas. Umat Islam yang berlindung di masjid itu mengira tempat ibadah tak akan menjadi sasaran penyerangan, namun justru sebaliknya.
Hingga kini, ribuan orang tak bisa kembali ke tempat tinggal mereka maupun memulai usaha karena hancur. Mereka menumpang di rumah kerabat.
Selain itu ratusan lainnya tinggal di kamp-kamp yang didirikan swadaya oleh masyarakat serta pemerintah kota New Delhi.
Hasil temuan Komisi Minoritas Delhi sejauh ini mengungkap bahwa penyerangan dan aksi kekerasan terhadap minoritas Muslim berlangsung secara terencana dan masif. Setidaknya lebih dari 40 Muslim India gugur dan ratusan lainnya luka parah.
Bagian timur laut New Delhi terkena dampak paling besar ketika kelompok teroris menggeledah dan membakar masjid, rumah, sekolah dan area bisnis. (mus)
Foto-foto: Dokumentasi Martabat