Catatan M Rizal Fadillah*
SALAM-ONLINE: Ada tayangan dari Luthfi Assyaukanie ‘20 march 16:14 facebook for android’ yang isinya cukup mengejutkan.
Awal dan akhir tulisan berbunyi, “Coronavirus adalah bukti paling mutakhir bahwa Tuhan tidak ada, kalau ada, dia tak peduli. Manusia saja yang kegeeran bahwa ada sesuatu bernama ‘tuhan’… Ada hal hal yang bisa diatasi dengan tuhan, tapi banyak sekali hal dimana tuhan tak mampu berbuat apa apa. Termasuk soal coronavirus.”
Penggalan kalimat tersebut tentu membuat kita merenung, apakah Luthfi Assyaukanie ini yang pendiri Jaringan “Islam” Liberal, dosen Universitas Paramadina? Jika iya, tentu tak aneh karena cara pandang “Islam” (ada yang mangistilahkan Iblis) Liberal memang bebas nilai. Zaman dahulu namanya “vrijdenker”, pemikir bebas. Atheisme yang tidak percaya pada keberadaan dan kekuasaan Tuhan. Komunisme pun sebenarnya berakar pada paham atheisme seperti ini.
Virus Corona memang membuka banyak kedok. Kedok kemunafikan dan kekafiran atau kebodohan dan kesombongan. Sok mampu mengatasi wabah “hanya” dengan rempah-rempah, lalu pesan obat jutaan pil. Sebanyak 50 juta stok masker katanya tersedia.
Akan tetapi faktanya keuangan negara parah. Jangankan mengirim bantuan, Ibu Menteri malah buka “kencleng” rekening donasi. Namun warga nampaknya kurang percaya berdonasi ke negara.
Grasa-grusu membeli alkes rapid test, akurasi diragukan untuk mendeteksi. Semula untuk kepentingan warga, tetapi bergeser menjadi untuk anggota parlemen dan keluarga. Dikritik dan dibatalkan. Didahulukan untuk petugas kesehatan. Entah warga kebagian atau tidak. Mungkin sebagian kecil. Berbeda dengan yang semula dikampanyekan.
Meminta membatasi orang berkumpul, eh 1.200 aparat dikerahkan untuk mengamankan meninggalnya ibu Presiden Joko Widodo. Dari malam, saat penguburan hingga “tahlilan”. Ini bertolak belakang dengan mereka yang pesta pernikahan, lalu dibubarkan. Lalu pasien yang meninggal terinfeksi corona, jangankan berkumpul, didekati oleh anggota keluarganya sendiri saja tidak bisa.
Kedok kekafiran adalah contoh dalam facebook di atas. Jika benar, maka isinya meragukan keberadaan dan kekuasaan Allah. Itu sama saja menganggap agama sebagai khayalan yang meninabobokan. Menurut Islam, keberadaan wabah “tha’un” adalah peringatan untuk kembali kepada ajaran-Nya. Dulu ketika ada kutu, katak, belalang dan lainnya, itu bukan khayalan. Tuhan tak pernah berhayal.
Nah orang kafir pasti menafikan kekuasaan Tuhan. Virus atau bakteri seperti juga manusia dan tumbuhan adalah ciptaan Tuhan. Hanya orang idiot yang berkhayal bahwa Tuhan tak mampu menguasai ciptaan-Nya. Sok tahu tanpa dalil. Bermodal pikiran yang melayang-layang.
Soal kekuasaan, Allah itu tak pernah lalai atau tertidur. Buat rekan Syaukani, begini saja perumpamaannya:
Ada seseorang disuruh berdiri tidak tidur dengan memegang dua botol kaca di kedua tangannya. Karena tak tahan ngantuk, terlelap sejenak “praaang”, jatuh dan pecahlah kedua botol yang dipegangnya.
Nah, jika Tuhan itu terbatas kekuasaan dan lalai atau tertidur, maka akan jatuh langit ke bumi. Pecah berantakan. Hancurlah dunia, termasuk seluruh isinya.
Di buku cerita anak juga ada, perumpamaan seperti itu. Tuhan itu Maha Pengatur, mengutus virus corona untuk mengingatkan manusia yang penakut, lemah, atau tak berdaya. Namun sombongnya luar biasa. Sok tahu dan sok pintar. Badai pasti berlalu. Hanya Allah Subhanahu wa Ta’ala juga yang mampu mengatasi dan peduli.
Moga kita semakin dekat dan beriman. Tuhan tidak tidur.
*) Pemerhati Politik dan Keislaman.
Bandung, 2 Sya’ban 1441 H/27 Maret 2020 M