SALAM-ONLINE: Negeri yang telah luluh lantak selama hampir satu dekade akibat konflik yang melelahkan, sekarang menghadapi ancaman baru yang tak kalah dahsyat. Serangan Virus Covid-19 (Corona).
Pada Jum’at 3 April 2020, Pemerintahan Revolusi di Idlib mulai meniadakan pelaksanaan Shalat Jum’at di masjid-masjid di provinsi tersebut dan sekitarnya hingga dua pekan ke depan. Langkah ini diambil sebagai bentuk antisipasi akan penyebaran Virus Corona (COVID-19.
Meskipun di wilayah Idlib kasus penyebaran Covid-19 dilaporkan tak ada, tetapi kekhawatiran telah merebak di tengah-tengah warga dan pihak-pihak yang bertanggung jawab di wilayah tersebut.
Sejak mulai menyebarnya virus ini di Turki dan mewabah pesat pula di wilayah rezim Nushayri Suriah (rezim Basyar Asad), kekhawatiran pun mencuat di Idlib. Idlib yang merupakan rumah bagi 3,5 juta warga Suriah—sebagian adalah pengungsi dari kota-kota lainnya yang telah luluh lantak akibat pembantaian berkepanjangan dari rezim Asad dukungan Rusia dan Iran—kini akan menghadapi ancaman terbaru yang datang dari luar, yaitu wabah Corona.
Di wilayah oposisi ini, setelah 9 tahun dilanda peperangan, ratusan rumah sakit banyak yang hancur diserang oleh pesawat-pesawat tempur milik rezim Nushayri dan Rusia, sekutunya. Hal ini diperparah lagi oleh sistem sanitasi yang buruk. Kebanyakan warganya sekarang tinggal di kamp-kamp pengungsian, membuat mereka akan menjadi sasaran empuk Virus Covid-19 jika masuk ke Idlib.
Selain itu tidak adanya pemerintahan yang sesungguhnya di Suriah dan lemahnya pengelola kebijakan di Idlib akan membuat penyebaran virus ini tak terkendali. Bak tsunami atau badai kuat yang menghantam.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah memperingatkan pergerakan Covid-19 akan menuju Idlib seperti tsunami yang bergerak perlahan. Tapi sekali datang akan menghancurkan. Diprediksi puluhan ribu akan menjadi korban jiwa jika tidak ada upaya pencegahan sungguh-sungguh. Semoga itu tidak terjadi.
Direktur Kesehatan Idlib (IHD), Dr Munzher Khalil mengatakan, warga di provinsi ini telah melalui ujian berbagai hal. Mulai dari serangan pesawat, pengeboman, meninggal kedinginan, hingga serangan senjata kimia dan lainnya.
“Kami tidak tahu apakah Corona sudah masuk atau belum. Tetapi kami bisa katakan bahwa hal itu akan menjadi gelombang tsunami kematian, jika ini benar terjadi,” kata Khalil.
Perbandingan jumlah dokter di Idlib saat ini dengan jumlah warga adalah sekitar 1 per 10.000 orang. Rumah sakit-rumah sakit sudah over kapasitas. Hampir 150%, hanya tersedia 100 ventilator bagi orang dewasa. Ada sebanyak 200 tempat di ruang ICU, menurut data IHD. IHD juga memperkirakan bisa lebih dari 100.000 orang akan menjadi korban jiwa di Idlib jika warga terpapar virus tersebut.
Jaringan Peringatan Awal dan Pengawasan Penyakit Menular (EWARN), sebagai satu-satunya organisasi pengawas penyebaran penyakit menular di Idlib, mengatakan, antara 40% hingga 70% warga di provinsi ini bisa terpapar jika merujuk data rata-rata penyebaran di dunia hari ini.
“Berdasarkan data tersebut, diperkirakan 1,2 juta warga Idlib akan terpapar Covid-19”, demikian pernyataan Dr Naser Muhawis, kordinator para pengawas untuk EWARN.
Diwilayah Idlib dan sekitarnya yang dikuasai para pejuang revolusi, hingga saat ini hanya memiliki satu orang dokter yang mempunyai keahlian untuk melakukan tes atas virus tersebut. Tetapi mereka telah mendapat kiriman sebanyak 300 unit alat untuk dapat melakukan tes terhadap Virus Covid-19, yang dibeli dari produsen di Turki.
WHO mengatakan bahwa pihaknya akan mengirim beberapa alat untuk melakukan tes medis ke Idlib. Tapi sampai hari ini belum tiba, sehingga WHO pun mendapat kecaman karena lamban dalam merespons kebutuhan di wilayah Idlib yang dikuasai kelompok oposisi. Padahal WHO telah mengirim banyak sekali alat-alat medis ke rezim Asad.
Warga Suriah di provinsi yang dikendalikan pejuang revolusi ini berharap dunia Internasional tidak kembali mengabaikan Idlib dan penduduknya, karena mereka sangat rapuh dan sendirian dalam menghadapi ancaman Virus Covid-19.
Setelah dunia diam selama ini dan menutup mata atas pembantaian yang telah membunuh setengah juta warga Suriah, sekarang organisasi Internasional harus bertindak cepat. jangan membiarkan rakyat Suriah kembali menderita. Kali ini melawan pandemi global Virus Covid-19.
Memang, di wilayah Idlib sempat ada 4 orang yang dicurigai terpapar Corona. Namun setelah sampelnya dikirim ke Turki, alhamdulillah, negatif. Kita berharap, semoga wilayah Idlib terbebas dari ancaman Corona.
Hatay/Turki, 12 Sya’ban 1441 H/5 April 2020 M
Muhammad Ismail