Erdogan: Status Hagia Sophia Kembali Jadi Masjid Adalah Hak Bangsa Turki
Mereka yang tidak berhenti memusuhi Islam, terus menyerang keinginan bangsa Turki untuk menggunakan haknya, kata Presiden Recep Tayyip Erdogan.
SALAM-ONLINE: Keputusan Turki untuk mengubah status Hagia Sophia dari museum kembali menjadi Masjid merupakan hak dan keinginan bangsa Turki, kata Presiden Recep Tayyip Erdogan.
“Kami mengambil keputusan ini bukan dengan melihat siapa yang mengatakan apa, tetapi apa hak kami dan apa yang diinginkan bangsa kami,” tegas Erdogan dalam sebuah video peresmian Jembatan Begendik—jembatan tertinggi dan terpanjang—di tenggara Provinsi siirt, Sabtu (11/7/20).
Jembatan Begendik sepanjang 450 meter dengan tinggi 165 meter di atas Botan Creek menghubungkan daerah Van-Tatvan-Bitlis dan Siirt-Mardin-Batman di Turki.
Jembatan ini akan mengurangi waktu perjalanan dari Van ke distrik Pervari Siirt. Yang semula lima jam menjadi dua jam saja.
Dalam sambutan di acara peresmian Jembatan Begendik itu Erdogan juga menyinggung orang-orang yang memusuhi Islam. Mereka, kata Erdogan, menyerang keinginan Turki untuk menggunakan hak-hak kedaulatannya terkait dengan perubahan status Hagia Sophia yang dikembalikan menjadi Masjid.
Erdogan merasa perlu menegaskan hal tersebut karena sebelumnya Presiden AS Donald Trump dan sekutu NATO-nya di Eropa meradang dengan rencana perubahan status Hagia Sophia itu. Uni Eropa menyesalkan keputusan tersebut. Mereka sewot dengan keputusan Turki di bawah pimpinan Presiden Erdogan itu.
Yunani menganggap prubahan status Hagia Sophia itu menjadi Masjid sebagai provokasi. Rusia yang selama ini jadi “mitra” Erdogan turut menentangnya. Gereja Ortodoks Rusia pun ikut sewot dengan menyatakan Turki telah mengabaikan aspirasi “jutaan orang Nasrani”.
Sementara UNESCO mengatakan, Komite Warisan Dunia akan meninjau ulang status Haga Sophia (sebagai warisan dunia). Salah satu badan PBB ini menyeru Turki untuk membuka dialog. UNESCO menentang keputusan Turki itu dan menyebutnya sebagai langkah mundur.
Namun Gerakan Perlawanan Islam Palesrina, Hamas, menyambut baik keputusan Turki itu. “Pembukaan Hagia Sophia untuk beribadah adalah momen yang membanggakan bagi semua umat Islam,” kata Kepala Kantor Pers Internasional Hamas, Rafat Murra.
Hamas menegaskan, keputusan itu berada di bawah hak dan kedaulatan Turki.
Selain Hamas, Siprus Utara juga merespons positif atas perubahan status Hagia Sophia tersebut. Negara yang hanya diakui oleh Turki itu menyatakan rasa senangnya dengan pembukaan Hagia sebaga Masjid.
Perdana Menteri Siprus Utara, Ersin Tatar, menyebut keputusan Turki itu sebagai hal yang membanggakan.
Parlemen Turki juga menyambut gembira keputusan tersebut. Sementara warga Turki di Istanbul yang memenuhi jalan di area Hagia Sophia, pada Jumat (10/7), menyambut haru, rasa syukur campur bangga saat adzan berkumandang setelah keputusan Pengadilan Turki menetapkan kembali Hagia Sophia (Aya Sofia) sebagai Masjid.
Hagia Sophia, yang ditetapkan sebagai salah satu warisan dunia oleh UNESCO, semula didirikan pada abad keenam, berfungsi sebagai katedral Kristen Ortodoks di bawah Kekaisaran Bizantium yang berpusat di Konstantinopel (sekarang jadi Istanbul).
Selanjutnya, Hagia Sophia dikonversi menjadi Masjid ketika Sultan Myhammad al-Fatih (1451-1481 menaklukkan Konstantinopel pada tahun 1453. Menara dan pilar besar yang dibangun oleh arsitek Ottoman terkenal, Mimar Sinan, membuat situs bersejarah ini menjadi warisan arsitektur dunia yang berdiri kokoh sampai sekarang.
Namun, setelah Kekhilafahan Turki Utsmani runtuh tahun 1924, rezim sekuler Turki di bawah Kemal Mustafa memutuskan pada 1934 untuk mengalihfungsikan Masjid Hagia Sophia sebagai museum. Pada tahun 1935, Masjid Hagia Sophia resmi “dimuseumkan” oleh rezim sekuler tersebut.
Sejak Erdogan menjadi Perdana Menteri Turki pada 2003, Hagia Sophia kembali diperjuangkan sebagai Masjid. Namun, memang, tak langsung bisa, karena saat itu pejabat dan lembaga-lembaga hukum Turki belum tersentuh karena paham sekuler yang masih mengakar.
Buah kesabaran dari perjuangan itu akhirnya menghasilkan keputusan yang mengagetkan dunia. Presiden Erdogan mempersilakan umat Islam, baik warga Turki maupun warga asing untuk melaksanakan ibadah di Masjid bersejarah tersebut.
Sebagaimana ditegaskan oleh Presiden Erdogan, pemerintah Turki tidak menutup wisatawan yang ingin mengunjungi Hagia Sophia.
“Pembukaan kembali Hagia Sophia Istanbul untuk tempat beribadah tidak akan menghilangkan identitasnya, karena akan selalu menjadi warisan sejarah dunia,” kata juru bicara kepresidenan Turki Ibrahim Kalin, dikutip dari Hurriyet Daily News, Jumat (10/7).
Meski menjadi tempat ibadah, kata Kalin, wisatawan dipersilakan mengunjunginya sebagaimana Masjid Biru, Masjid Fatih dan Masjid Suleymaniye yang juga punya nilai historis di Istanbul.
Di tengah persiapan alih fungsi status situs indah ini, rencananya shalat Jumat Pertama di Hagia Sophia akan dilaksanakan pada 24 Juli mendatang sekaligus peresmiannya sebagai Masjid. Allahu Akbar Walillaahil-hamd. (mus)
Sumber: Anadolu, Hurriyet Daily News