Pemerintahan Sementara Oposisi Larang Produk Prancis Masuk Suriah
SALAM-ONLINE.COM: Otoritas Administrasi Perlintasan Bab Al-Hawa di perbatasan Suriah-Turki memutuskan untuk melarang masuknya semua produk Prancis ke daerah di bawah kendali “Pemerintah Penyelamatan” wilayah barat laut Suriah.
Ini sebagai respons atas penghinaan berulang kali dilakukan oleh Presiden Prancis Emnanuel Macron terhadap Islam dan Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, demikian dilansir syriahr.com, Sabtu (24/10/2020)
“Setelah penghinaan berulang kali yang dilakukan oleh Presiden Prancis Emmauel Macron serta seruannya untuk melawan Islam dan dukungannya atas penerbitan kembali kartun-kartun yang menistakan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dan karena kewajiban kami untuk membela ad-Din dan Rasul kami yang mulia (Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam), maka kami melarang mengimpor semua produk Prancis ke wilayah pembebasan (Suriah) melalui penyeberangan/perlintasan Bab Al-Hawa mulai hari ini (24 Oktober 2020) hingga pemberitahuan lebih lanjut,” demikian pengumuman tertulis Otoritas Administrasi Perlintasan Bab Al-Hawa di perbatasan Suriah-Turki, Sabtu (24/10/20).
Sementara itu, administrasi Tal Abyad di perbatasan Turki, atas instruksi “Pemerintahan Sementara”, memutuskan untuk melarang masuknya barang-barang (produk) Prancis karena perkembangan baru-baru ini tentang “penghasutan yang disengaja terhadap Islam dan pernyataan yang menghina Islam”.
Sebagai informasi, barang-barang produk Prancis sebenarnya tersedia di pedesaan Aleppo dan Idlib selama bertahun-tahun karena harganya yang tinggi.
Warga Idlib mengungkapkan kemarahan mereka atas penghinaan yang berulang-ulang itu. Mereka meletakkan “bendera Prancis” di tanah dekat alun-alun Al-Sa’aa di Kota Idlib dan membiarkan orang-orang yang lewat menginjaknya.
Bendera Prancis lainnya ditempatkan di jalan dekat pos pemeriksaan keamanan yang berafiliasi dengan Hay’at Tahrir Al-Sham (HTS) di pedesaan barat Aleppo, sehingga orang-orang yang lewat akan melangkahi/menginjaknya sebagai tanda kemarahan dan rasa tidak hormat.
Hal ini dilakukan, mengingat komentar terbaru Macron tentang Islam yang telah ditafsirkan sebagai kontroversial dan meremehkan. (S)