Serukan Boikot Produk Prancis, Ribuan Muslim Solo Tuntut Macron Minta Maaf
SALAM-ONLINE.COM: Ribuan umat Islam Solo, Rabu (28/10/2020) siang menggelar aksi solidaritas untuk Muslim Prancis yang dituding Presiden Emmanuel Macron melakukan “separatisme”.
Atas penghinaan terhadap Islam dan Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, Umat Islam Solo Raya, menyeru segenap kaum Muslimin melakukan boikot terhadap semua produk Prancis.
Seruan boikot ini tak terlepas dari dukungan Macron terhadap publikasi ulang karikatur majalah Charlie Hebdo yang menghina Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.
Maka, ribuan massa gabungan ormas-ormas Islam seperti Dewan Syariah Kota Surakarta (DSKS), Laskar Umat Islam Solo (LUIS), Komando Kesiapsiagaan Angkatan Muda Muhammadiyah (KOKAM) dan sejumlah pondok pesantren pun memprotes sikap serta tindakan intoleran, Islamofobia dan teror terhadap Muslim Prancis tersebut.
Ketegangan dan teror terhadap Muslim Prancis semakin meningkat saat Samuel Paty (47), yang mengajar sejarah dan geografi di Bois-d’Aulne College di Conflans-Sainte-Honorine, dibunuh oleh Abdoullahkh Anzorov (18 tahun), pada 16 Oktober 2020 lalu. Anzorov adalah Remaja Muslim berdarah Chechnya kelahiran Moskow.
Anzorov marah, lantaran Paty menunjukkan karikatur penghinaan terhadap Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Sosok yang dicintai dan dimuliakan oleh umat Islam. Terjadilah pembunuhan itu. Tak lama berselang Anzorov pun berkalang maut setelah ditembak polisi setempat akibat pembelaannya terhadap sosok yang dia muliakan.
Sementara Presiden Macron menyebut tindakan Party memamerkan karikatur Nabi Muhammad (Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam) dengan dalih usang, yaitu sebagai bentuk kebebasan berekspresi di negaranya, Prancis. Ia juga menuding kelompok Islam mencoba membuat kekacauan dalam negeri. Macron pun memerintahkan menutup masjid di daerah Paty tinggal.
Atas pernyataan provokatif itu, Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan menyebut Macron mengidap penyakit jiwa. Karenanya, harus segera diperiksa dan dirahabilitasi kejiwaannya.
Akibat kecerobohan dan kedunguan Macron, ia kini menjadi bulan-bulanan Muslim di seluruh dunia.
Para pemimpin komunitas Muslim di Prancis menyatakan keprihatinan mereka bahwa kasus di atas akan kembali menstigmatisasi Muslim Prancis dan mengobarkan sentimen Islamofobia.
Pemerintah Prancis telah mengumumkan pekan lalu bahwa mereka menyelidiki 51 organisasi Muslim Prancis, termasuk Collective Against Islamophobia di Prancis.
Sehubungan dengan teror dan sentimen Islamofobia yang terus dialami oleh Muslim Prancis, dalam aksi protes yang digelar Rabu (28/10) siang, DSKS mengeluarkan Pernyataan Sikap Umat Islam Solo Raya Indonesia terkait Sikap Presiden Prancis terhadap publikasi ulang Majalah Penghina Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dan Islamofobia. Pernyataan Sikap Umat Islam Solo Raya Indonesia ini ditandatangani oleh Ketua DSKS Dr Muinuddinillah Basri, MA.
Dalam Pernyataan Sikap Umat Islam Solo Raya itu, Muinuddinillah Basri menyatakan, beberapa peristiwa dan pernyataan Presiden Prancis Emmanuel Macron, dapat disimpulkan bahwa pemerintah Prancis membiarkan majalah Charlie Hebdo yang menghina Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dengan dalih kebebasan berekspresi.
Karenanya, kata Muinuddinillah, DSKS yang mewakili Umat Islam Solo Raya itu berpendapat:
Pertama, ada kebebasan dan batasan dalam penyampaian pendapat dan berekspresi tetap dalam konteks aktualisasi hak asasi manusia, toleransi dan oenegakan hukum yang berlaku. Kedua, Presiden Prancis Emmanuel Macron telah memberikan pernyataan yang tidak sekadar menyinggung perasaan dan keyakinan umat Islam, tapi juga telah ikut serta melindungi pelaku penistaan terhadap Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dan Islam.
Ketiga, pada 16 Oktober 2020, seorang guru sejarah di Prancis, Samuel Paty (47 tahun), dipenggal di daerah Eragny oleh seorang remaja asal Chechnya, Abdoullahkh Abouyezidovitch (18 tahun). Setelah kejadian itu, Presiden Macron langsung mendatangi lokasi dan menyatakan bahwa pelaku adalah seorang radikal Muslim, Dia menyebut Paty sebagai martir karena mengajarkan kebebasan berpendapat. Keempat, Pada Jumat, 23 Oktober 2020 Presiden Macron mengatakan bahwa Islam adalah agama yang mengalami krisis krisis di seluruh dunia.
Untuk itu, kata Muinuddinillah, Umat Islam Solo Raya Indonesia sebagai bagian dari komunitas Muslim dunia meminta Presiden Prancis untuk Meminta Maaf dan menyadari telah melakukan kesalahan fatal terhadap Umat Islam di dunia.
Selain itu, Umat Islam Solo Raya juga “Meminta kepada Presiden Indonesia Joko Widodo untuk Memutus hubungan diplomatik dengan pemerintah Prancis,” tegas Muinuddinillah.
Kepada segenap kaum Muslimin di mana pun berada, Umat Islam Solo Raya mengimbau untuk “Melakukan boikot pembelian dan pemakaian produk apapun buatan Prancis,” serunya. (S)