Catatan M Rizal Fadillah*
SALAM-ONLINE.COM: Soal macet jalan menuju Bandara Soekarno-Hatta sudah pasti. Yang lebih pasti lagi adalah ratusan ribu bahkan mungkin jutaan massa yang berjalan kaki kurang lebih 7-8 Km dari kemacetan total menuju Terminal Tiga Bandara.
Tercatat tiga kali terhadang pihak Kepolisian selama di Bandara. Prasangka baiknya bagian dari pengaturan massa. Buruknya, Wallahu a’lam. Faktanya selalu terjadi negosiasi.
Rasanya belum ada catatan penyambutan kedatangan seorang tokoh sebesar ini di Bandara. Habib Rizieq Syihab(HRS) memang fenomenal. Tiga tahun lebih terasing di Makkah Saudi akibat tekanan politik dan hukum di dalam negeri. Bagi rezim Joko Widodo, HRS adalah “lawan politik” yang kesannya harus dihabisi.
Pembunuhan karakter dilakukan sejak awal melalui kasus “chat porno”, pelecehan ideologi dan lainnya yang berakibat HRS harus pergi ke Saudi. Menurut Prabowo saat Pilpres, HRS adalah korban fitnah dan kezaliman.
Kini ketika akan kembali dari “pengasingan”, Menkopolhukam Mahfud MD membombardir dengan ungkapan status deportasi yang mengarah pada pembunuhan karakter tersebut.
Dengan perlawanan berupa tuntutan secara hukum siapa pun pihak yang menyatakan bahwa HRS over stay atau status deportasi, maka Menkopolhukam belakangan “melunak”. Bahkan meminta agar aparat tidak melakukan tindakan represif terhadap massa para penyambut.
Kini HRS sudah kembali dengan rekor penyambutan yang bersejarah. Tapi ini bukan sekadar rekor-rekoran. Melainkan soal dimensi perjuangan. Harapan umat terhadap kepemimpinan tokoh konsisten dan berani sangatlah besar. Nurani tak bisa dibohongi bahwa umat Islam sedang merasa terpinggirkan pada rezim ini.
Revolusi Akhlak dicanangkan HRS untuk perubahan sosial dan politik. Akankah bergaung terus setelah ada wacana revolusi moral dari Amien Rais untuk menggantikan revolusi mental Joko Widodo? Pidato HRS di Petamburan setibanya dari penyambutan spektakuler di Bandara, adalah Revolusi Akhlak.
Mampukah HRS dan Umat Islam serta elemen bangsa lainnya menunaikan amanah dan melakukan perubahan akhlak bangsa yang dinilai telah sangat amburadul? Sejarah lagi yang akan menjawab. Namun penyambutan bersejarah 10 November 2020 dapat menjadi awalan dari spirit perubahan itu.
Reuni 212 pada 2 Desember 2020 yang akan datang adalah langkah berikut.
*) Pemerhati Politik dan Kebangsaan
Bandung, 24 Rabi’ul Awwal 14412 H/10 November 2020 M