SALAM-ONLINE.COM: Sikap dan Tindakan Presiden Prancis Emmanuel Macron itu menyayat hati Umat Islam di Indonesia dan dunia. Apalagi dukungan Macron atas penistaan terhadap Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dilakukan saat umat Islam sedang memperingati Maulid.
Demikian diungkapkan Sekretaris Jenderal (Sekjend) DPP Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Habib Aboe Bakar Al Habsyi saat merespons penghinaan yang dilakukan Macron terhadap Islam dan Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.
“Harus dipahami saat bulan Maulid, umat Islam banyak menjalankan kegiatan untuk mengingat dan mengagungkan Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alahi wa Sallam, tentu sangat menyakitkan umat Islam jika di saat itu Nabinya dilecehkan,” kata Habib Aboe Bakar kepada redaksi, di sela-sela acara Peringatan Maulid Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam yang digelar DPP PKS secara virtual, Ahad malam, 16 Rabi’ul Awwal 1442 H/1 November 2020 M.
Bagi Anggota Komisi III DPR RI ini, sikap dan tindakan Macron itu sangat membahayakan ketertiban dunia, karena telah menyinggung sekitar 1,9 miliar populasi dunia (berdasarkan data yang dilansir channel YouTube TRT World berjudul “Visualised: World’s Major Religions from 1945-2019” yang dipublikasikan pada 24 Agustus 2020, total populasi Islam di dunia pada 2019 sebanyak 1,9 miliar).
“Jadi setidaknya, ada 1,9 Miliar lebih warga dunia yang Muslim tersakiti hatinya atas tindakan ini. Tentunya ini tidak baik untuk ketertiban dunia, karena akan mengancam adanya konflik sosial,” kata Habib Aboe.
Karena itu, Anggota DPR dari Daerah Pemilihan (Dapil) Kalimantan Selatan ini meminta Presiden Joko Widodo untuk terus menekan Macron agar meminta maaf dan mencabut ucapannya. Ia mengingatkan, amanah dalam Undang-Undang Dasar 1945 menyebutkan bahwa salah satu tujuan negara kita adalah menjaga ketertiban dunia.
“Oleh karenanya, kita harus berperan aktif untuk berkomunikasi dalam persoalan ini. Perlu diingat bahwa prinsip dasar politik luar negeri Indonesia adalah bebas aktif,” ujarnya mengingatkan.
Sikap tegas Presiden Joko Widodo, menurutnya, sangat penting, karena mewakili 229 umat Islam di Indonesia. Presiden harus memahami suara hati masyarakat Muslim Indonesia.
“Sudah banyak aspirasi dari MUI dan ormas-ormas Islam, banyak pula Langkah pemboikotan yang dilakukan oleh rakyat. Tentunya, sikap ini harus diwakili oleh presiden dalam kancah internasional,” harapnya. (S)